Bersama Hayat Tahrir al-Sham (HTS), SNA melancarkan serangan kilat yang mengubah dinamika konflik Suriah yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.
SNA sering disebut setia dengan Turki, mengapa? Yuk simak penjelasannya, hubungan antara SNA dan Turki.
Sejarah dan Struktur Organisasi
Syrian National Army (SNA) memiliki akar sejarah yang panjang, berasal dari Free Syrian Army (FSA) yang didirikan pada tahun 2011 oleh para pembelot militer Suriah.Pada tahun 2017, SNA dibentuk dengan dukungan langsung dari Turki untuk menyatukan berbagai faksi pemberontak. Dukungan Turki mencakup pendanaan, pengiriman senjata, dan pelatihan militer.
Salah satu bentuk dukungan konkret adalah pendirian akademi militer di al-Bab, yang digunakan untuk melatih ribuan anggota SNA setiap tahunnya. Pelatihan ini mencakup taktik perang kota, penggunaan senjata berat, dan operasi militer bersama dengan pasukan Turki.
Sejak pembentukannya, SNA telah berkembang menjadi kekuatan besar dengan lebih dari 80.000 pejuang aktif.
Keuntungan Strategis Turki

Gambar: Peta konflik separatis Turki, Iran, dan Irak. (Washington Kurdish Institute)
Turki mendapatkan keuntungan strategis signifikan dari serangan pemberontak ini. Pertama, perebutan Aleppo dan wilayah sekitarnya memberikan peluang untuk memfasilitasi kembalinya pengungsi Suriah ke wilayah yang lebih aman.
Kota ini memiliki infrastruktur dan kondisi ekonomi yang memadai untuk menampung para pengungsi, sehingga mengurangi tekanan domestik di Turki terkait krisis pengungsi.
Kedua, keberhasilan ini memperkuat posisi diplomatik Turki dalam negosiasi dengan Rusia, Iran, dan bahkan Amerika Serikat.
Turki dapat menggunakan situasi ini untuk menegosiasikan pembatasan pengaruh YPG, yaitu sayap militer Partai Persatuan Demokratik (PYD) Kurdi di Suriah, yang memiliki hubungan erat dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
PKK adalah sebuah kelompok yang telah lama berkonflik dengan Turki. Sejak 1980-an, PKK telah melancarkan pemberontakan bersenjata untuk mendapatkan otonomi bagi wilayah Kurdi di Turki tenggara, menyebabkan puluhan ribu korban jiwa.
Bagi Turki, keberadaan YPG di perbatasan Suriah merupakan ancaman langsung terhadap keamanan nasional. Turki khawatir bahwa keberhasilan YPG dalam membentuk wilayah otonomi Kurdi di Suriah dapat memicu ambisi serupa di wilayah Kurdi dalam negeri.
Oleh karena itu, operasi seperti "Olive Branch" pada 2018 dan "Peace Spring" pada 2019 dilakukan dengan tujuan untuk melemahkan posisi YPG sekaligus menciptakan zona aman di wilayah perbatasan.
Ketiga, peran SNA sebagai proksi telah memperkuat agenda Turki di kawasan. Banyak faksi dalam SNA, seperti Sultan Murad Division dan Sultan Suleyman Shah Brigade, memiliki hubungan erat dengan Ankara dan berkontribusi dalam operasi militer lintas negara seperti di Libya dan Azerbaijan.
Terakhir, Turki memperoleh leverage tambahan di arena internasional dengan menempatkan diri sebagai aktor kunci dalam konflik Suriah. Hal ini memberikan Ankara pengaruh lebih besar untuk membentuk masa depan politik negara tersebut sesuai dengan kepentingannya.
Kontroversi dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Laporan dari Amerika Serikat dan Amnesty International mengungkapkan bahwa SNA sering mendapat sorotan atas pelanggaran hak asasi manusia, khususnya terhadap komunitas Kurdi di Afrin dan Aleppo. Tuduhan meliputi penjarahan, penahanan sewenang-wenang, hingga penyiksaan.Selain itu, laporan ini juga mencatat pengalihan bantuan kemanusiaan untuk kepentingan kelompok bersenjata dan intimidasi terhadap warga lokal.
Amnesty International, misalnya, melaporkan pada 2023 bahwa bantuan kemanusiaan yang dikirim ke wilayah Afrin setelah gempa bumi sempat ditahan oleh SNA dan dialihkan untuk keluarga-keluarga pejuang mereka sendiri.
Di sisi lain, laporan dari Departemen Luar Negeri AS menyoroti bahwa beberapa faksi SNA juga terlibat dalam rekrutmen anak-anak sebagai tentara dan pemindahan paksa warga sipil dari rumah mereka.
Sementara itu, langkah internal untuk menangani kasus-kasus ini dinilai masih minim, dan sering kali tidak transparan.
Syrian National Army adalah elemen penting dalam konflik Suriah yang mencerminkan kompleksitas geopolitik kawasan.
Dengan dukungan Turki, SNA memiliki pengaruh signifikan, tetapi juga menghadapi tantangan besar, baik dari segi legitimasi internasional maupun dinamika internalnya sendiri.
Keberlanjutan peran SNA akan sangat bergantung pada bagaimana konflik Suriah berkembang dan strategi Ankara dalam menghadapi tantangan domestik dan regional.
Baca Juga:
Suriah Tumbang! Assad Kabur dan Pemberontak Kuasai Ibu Kota Damaskus
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News