"Kami sangat sedih atas kematian para imigran dan sipir dalam kebakaran di sebuah pusat penahanan di Sana'a, Yaman, hari ini," kata Direktur IOM, Carmela Godeau via Twitter.
"Angka kematian totalnya bisa lebih tinggi dari saat ini," lanjut dia, dilansir dari laman DW.
Seorang pejabat PBB mengatakan bahwa api muncul di sebuah hangar dekat pusat detensi yang menampung lebih dari 700 imigran di ibu kota Yaman. Sebagian besar dari mereka adalah imigran yang ditahan saat berusaha menyeberang ke Arab Saudi.
Puluhan ribu imigran terus mencoba melakukan perjalanan melintasi wilayah Horn of Africa untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara-negara kaya di Timur Tengah. Banyak dari mereka mengaku ingin bekerja sebagai pekerja rumah tangga, buruh konstruksi, atau pelayan.
"Kebakaran yang terjadi pada hari Minggu ini adalah satu dari banyak bahaya yang dihadapi para imigran dalam enam tahun terakhir di Yaman," tulis Godeau.
"Semua orang, termasuk imigran, harus mendapat perlindungan dari segala ancaman," sambungnya.
Sekitar 138 ribu orang mencoba melintasi Yaman sepanjang 2019. Angka tersebut turun menjadi 37 ribu tahun lalu karena kemunculan pandemi Covid-19.
Para imigran rentan terhadap aktivitas kriminal geng penyelundup manusia, yang banyak di antaranya diyakini bekerja sama dengan beberapa kelompok bersenjata.
Sebelumnya pada bulan ini, setidaknya 20 imigran tewas usai para penyelundup manusia melemparkan 80 orang dari kapal yang sedang berlayar dari Djibouti menuju Yaman.
Yaan dilanda konflik berkepanjangan antara pasukan pemerintah dan pemberontak Houthi sejak akhir 2014. Banyak pihak meyakini konflik di Yaman sebenarnya adalah perang proksi antara Arab Saudi dan Iran.
Baca: MUI Dukung Seruan PBB Bantu Korban Perang Yaman
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News