"Setelah PBB mengevakuasi pusat-pusatnya dan berhenti menyediakan layanan kesehatan, 70 persen penduduk di Gaza Utara kini kehilangan layanan medis," kata pernyataan pihak kementerian, seperti dilansir dari laman Anadolu Agency.
Jumat lalu, tentara Israel memerintahkan lebih dari 1 juta orang untuk mengungsi dari Gaza utara ke selatan. Perintah dikeluarkan karena Israel bersiap melakukan invasi darat terhadap kelompok pejuang Hamas di Gaza.
Perintah evakuasi tersebut dikecam secara luas. PBB dan aktor internasional lainnya memperingatkan bahwa hal itu dapat menyebabkan bencana kemanusiaan, dan rumah sakit di Gaza mengatakan banyak pasien tidak cukup sehat untuk melakukan perjalanan.
Blokade ketat Israel di Gaza sejak pekan lalu, yang memutus pasokan air, listrik, makanan, dan medis, juga berdampak besar pada penyedia layanan kesehatan.
Dalam peningkatan dramatis ketegangan di Timur Tengah, akhir pekan lalu pasukan Israel melancarkan kampanye militer berkelanjutan terhadap Jalur Gaza. Operasi itu merupakan respons atas serangan kilat Hamas ke wilayah Israel pada Sabtu pekan lalu.
Konflik dimulai ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa melawan Israel, sebuah serangan mendadak multi-cabang yang meliputi rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur dan meningkatnya kekerasan pemukim Yahudi terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang menderita akibat pengepungan yang melumpuhkan itu sejak tahun 2007.
Baca juga: Forum Muslim Eropa: Mari Cegah Genosida Israel terhadap Palestina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News