"Mari kita bersama-sama bergerak untuk mencari dan mewujudkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan manusia dan pelestarian lingkungan, karena hal itu masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat pada acara pembukaan Paviliun Indonesia di ajang the 28th Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change (COP28 UNFCCC), di Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis 30 November 2023.
Dalam upaya tersebut Lestari mendorong agar keseimbangan itu diwujudkan sesuai dengan kearifan lokal dan pengetahuan adat yang diharapkan mampu mengatasi krisis iklim sebagaimana tersirat dalam Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat.
Baca: Menteri Siti Nurbaya Buka Paviliun Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim PBB. |
“Menghargai keanekaragaman, perbedaan, dan disparitas justru akan memperkuat implementasi dari kesepakatan yang telah diambil oleh pemimpin negara terkait lingkungan di berbagai forum internasional,” menurut tokoh yang akrab disapa Rerie ini.
Rerie berpendapat, setiap upaya untuk menjaga hutan lindung, membentuk komunitas lokal dalam pengelolaan hutan dan kekayaan alam serta implementasi kearifan lokal tentu telah diinisiasi oleh setiap negara dengan satu orientasi menekan peningkatan suhu bumi.
Pencapaian titik keseimbangan itu, ujar Rerie yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, sejatinya dapat dimulai dengan refleksi bersama bahwa aktivitas manusia seperti urbanisasi, industrialisasi, maupun deforestasi telah berdampak pada hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi ekosistem, dan perubahan iklim.
“Untuk mencegah peningkatan suhu bumi mesti menggunakan pendekatan yang berpusat pada manusia sekaligus berpusat pada lingkungan,” ujar Rerie.
Korelasi manusia dan lingkungan, tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, patut mendasari pemikiran bersama, bahwa lingkungan memiliki sumber daya sekaligus nilai yang menunjang kehidupan manusia.
Namun, tambah dia, pada saat yang sama manusia memiliki tanggung jawab untuk melindungi ekosistem dari kerusakan bahkan kepunahan.
Menempatkan kreativitas, daya nalar, keadaban dan solidaritas, tegas Rerie, sesungguhnya merupakan landasan dalam proses pembelajaran dalam menjawab sejumlah tantangan.
Rerie sangat berharap ajang COP 28 kali ini dapat menghasilkan kesepakatan yang tepat untuk menghadapi guncangan akibat perubahan iklim, demi melindungi bumi bagi kehidupan generasi nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News