Dilansir dari Arab News, Kamis, 7 Oktober 2021, pengepungan tersebut telah memaksa pasukan pemerintah dan anggota suku setempat untuk menyerah. Milisi yang didukung Iran ini melarang penduduk keluar dan masuk di distrik Al-Abedia, Marib, Yaman.
Selain itu, gerakan politik dan bersenjata Houthi disebut memblokir bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa untuk menjangkau para warga setempat. Mereka pun mengintensifkan penembakan di daerah pemukiman dan benteng pemerintah dengan rudal, mortir, dan senapan mesin berat.
“Al-Abedia di bawah pengepungan (Houthi), penembakan, dan serangan di darat,” kata Wakil Kepala Kantor Marib dari Unit Eksekutif untuk Kamp IDP, Khaled Al-Shajani.
Tak hanya krisis makanan, kekurangan bahan bakar dan obat-obatan tengah melanda warga distrik. Al-Shajani mengatakan, lebih dari tiga lusin pasien dengan penyakit mematikan seperti kanker menghadapi kematian karena Houthi tidak mengizinkan mereka mencari pengobatan.
Kini, Al-Shajani mendesak Organisasi Bantuan Internasional dengan kantor di Yaman guna meyakinkan Houthi untuk mencabut pengepungan terhadap Al-Abedia atau mengirim bantuan melalui distrik Qania.
Kantor Kementerian Hak Asasi Manusia Marib pun memperingatkan krisis kesehatan di Al-Abedia tengah terjadi akibat penduduk dipaksa untuk minum air yang telah terkontaminasi. Lebih dari 2.465 anak menderita kekurangan gizi parah dan membutuhkan pengobatan.
Menteri Penerangan Yaman, Muammar Al-Eryani mengatakan, serbuan yang dilakukan Houthi akan mendorong terjadinya lebih banyak kejahatan.
“Ketidakpedulian masyarakat internasional yang terus berlanjut terhadap pembantaian dan kekejaman harian yang dilakukan oleh Houthi yang didukung Iran terhadap warga sipil di provinsi Marib, memberikan sinyal negatif kepada milisi untuk melanjutkan kejahatan dan pelanggarannya,” ucapnya. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News