Rentetan eksekusi, yang sebagian besar berupa pemenggalan kepala dengan pedang, menunjukkan bahwa Arab Saudi tengah mencatat rekor tahunan. Padahal sebelumnya, Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman berjanji mengurangi angka eksekusi.
Para terdakwa dijatuhi hukuman mati setelah dipenjara atas tuduhan narkoba tanpa kekerasan. Mereka meliputi tiga warga Pakistan, empat Suriah, dua Yordania dan tiga Arab Saudi.
Dengan demikian, jumlah total orang yang dieksekusi Arab Saudi tahun ini menjadi setidaknya 132 orang -- melebihi gabungan tahun 2020 dan 2021.
Pada 2018, Mohammed bin Salman mengatakan bahwa pemerintahannya telah mencoba meminimalisasi hukuman mati dengan hanya mengeksekusi mereka yang dinyatakan bersalah atas pembunuhan atau pembantaian.
"Yang Mulia Raja tidak bangun dan hanya menandatangani apapun yang ingin dia tandatangani. Dia bekerja berdasarkan hukum," kata Mohammed bin Salman kepada Time Magazine kala itu, dikutip dari Hindustan Times, Senin, 21 November 2022.
Dua tahun setelahnya, ada petunjuk lebih lanjut mengenai pelunakan kejahatan tanpa kekerasan setelah Arab Saudi mengusulkan mengubah undang-undang untuk mengakhiri hukuman mati setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Khashoggi, kolumnis Washington Post, dibunuh dan dimutilasi regu pembunuh Saudi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada 2018.
Menurut Direktur Organisasi Hak Asasi Reprieve, Maya Foa, Mohammed bin Salman hanya menggembar-gemborkan visi kemajuan serta komitmennya untuk mengurangi eksekusi dan mengakhiri hukuman mati untuk pelanggaran narkoba.
"Tetapi ketika tahun berdarah eksekusi hampir berakhir, otoritas Saudi mulai mengeksekusi lagi pelanggar narkoba dalam jumlah besar dan secara rahasia," pungkasnya.
Baca: AS Tetapkan Putra Mahkota Arab Saudi Punya Kekebalan Hukum
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News