"Tidak ada yang bisa membenarkan ketidakhadiran duta besar Tunisia di Damaskus dan duta besar dari Suriah di Tunis," kata Saied saat duduk bersama Menteri Luar Negeri Tunisia Nabil Ammar, menurut sebuah video yang dirilis kantor kepresidenan pada Jumat malam.
Ia mengatakan bahwa "masalah rezim di Suriah hanya menyangkut warga Suriah," menentang adanya upaya intervensi apa pun dalam urusan dalam negeri.
Mengutip dari laman Al Arabiya News, Sabtu, 11 Maret 2023, Saied telah menyebutkan niatnya untuk "memperkuat perwakilan diplomatik" Tunisia di Suriah pada Februari lalu.
Tunisia mengusir duta besar Suriah pada 2012 karena pemerintahan Presiden Bashar al-Assad telah melakukan penindasan berdarah terhadap kubu oposisi yang memicu terjadinya perang saudara.
Pemutusan hubungan diplomatik dilakukan di saat mantan presiden Moncef Marzouki masih menjabat. Kala itu, oposisi Tunisia mengkritik keras langkah tersebut.
Pada 2015, Tunisia mengambil langkah membangun kembali hubungan dengan Suriah dengan menunjuk perwakilan konsuler rezim Assad untuk "mengikuti" situasi seputar Tunisia di Suriah.
Ribuan warga turun ke jalanan ibu kota Tunis pada Oktober lalu untuk memprotes perebutan kekuasaan yang dramatis oleh Saied, yang kemudian dituangkan dalam konstitusi baru.
Bagi sebagian warga Tunisia, langkah tersebut memicu kekhawatiran akan kembalinya otokrasi. Kekhawatiran ini terjadi di tengah berbagai tantangan di Tunisia, termasuk inflasi tinggi, pengangguran, dan korupsi politik.
Baca juga: Parah! Tingkat Keikutsertaan Pemilu Tunisia Hanya 8,8 Persen
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
