Adegan Dahdouh yang sedang berduka dan melarikan diri dari Kota Gaza dengan berjalan kaki. Ia menjadi sorotan global selama berminggu-minggu, sejak perang meletus antara pejuang Hamas dan Israel pada 7 Oktober.
Pria berusia 53 tahun itu, berbicara kepada wartawan AFP di Gaza selatan. Ia mengatakan, dirinya telah melintasi pos perbatasan Rafah dengan Mesir.
Baca: Anak Jurnalis Al Jazeera Tewas dalam Serangan Israel di Gaza. |
Dahdouh berencana melanjutkan perjalanannya ke Qatar. Ia akan menjalani operasi untuk luka yang dideritanya, akibat serangan Israel bulan lalu. Serangan tersebut juga menewaskan juru kamera jaringan televisi berbasis di Qatar, Samer Abu Daqqa, dan beberapa orang lainnya.
Tragedi dalam keluarga Dahdouh terjadi pada Oktober di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah. Istri, dua anak, dan seorang cucunya, tewas akibat serangan Israel. Sementara itu, putra sulungnya juga tewas dalam serangan pekan lalu yang menargetkan sebuah mobil di Rafah.
Dahdouh memasuki Mesir bersama seorang kerabat pada hari Selasa, 16 Januari 2024. Keempat anaknya telah melakukan penyeberangan pekan lalu.
Kepala sindikat wartawan Mesir, Khaled Elbalshy, menyatakan terima kasih kepada semua lembaga negara Mesir yang membantu dalam kasus Dahdouh.
“Berterima kasih kepada semua lembaga negara Mesir dan mereka yang melakukan upaya untuk membantu kasus Wael Dahdouh dan merawat warga Palestina yang terluka,” tulis Elbalshy di Facebook, dilansir dari VOA News pada Rabu, 17 Januari 2024.
Berdasarkan Komite Perlindungan Jurnalis, selama perang Israel-Hamas telah menewaskan 82 jurnalis. 75 diantaranya tewas di Gaza.
Di sisi lain, 24.285 warga palestina tewas akibat pengeboman dan serangan Israel sejak 7 Oktober 2023. 70 persen dari mereka terdiri dari perempuan, anak kecil, dan remaja, berdasarkan laporan kementerian kesehatan pemerintah Hamas.
Sementara serangan dari pihak Hamas pada 7 Oktober mengakibatkan sekitar 1.200 kematian di Israel. Sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Hamas juga menyeret sekitar 250 sandera kembali ke Gaza. 132 di antaranya masih berada di sana, termasuk sedikitnya 25 yang diyakini telah terbunuh menurut Israel. (Atika Pusagawanti)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News