Khamenei merupakan sudah menduduki jabatan sebagai Pemimpin Agung Iran selama 39 tahun, yang membuatnya menjadi sosok terpenting di Iran saat ini.
Khamenei selalu menjadi sosok anti-Israel dan menekankan pentingnya suatu "perlawanan" terhadap rezim "zionis". Berikut profil Ali "Ayatullah" Khamenei".
Latar Belakang dan Karier Awal
Ali Hosseini Khamenei lahir pada 19 April 1939 di Mashhad, Iran. Ia memulai studi agama di Qom di bawah bimbingan para ulama Syiah terkemuka, termasuk Ruhollah Khomeini. Khamenei terlibat aktif dalam gerakan protes melawan monarki, yang menyebabkan beberapa kali penangkapannya oleh aparat keamanan.Setelah revolusi 1979, ia menjadi anggota Dewan Revolusi dan sempat menjabat sebagai wakil Khomeini di Dewan Pertahanan Tertinggi. Ia juga memimpin Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) untuk periode tertentu.
Pada tahun 1981, Khamenei terpilih menjadi Presiden Iran setelah wafatnya Mohammad Ali Raja'i. Sebagai presiden, ia menjalin hubungan baik dengan koalisi konservatif dan mempertahankan nilai-nilai revolusi Iran di tengah dinamika politik global.
Menjadi Pemimpin Agung

Gambar: Ali Khamenei (Kiri) dan Ruhollah Khomenei (Kanan). (English.Khamenei.Ir)
Khamenei diangkat sebagai Pemimpin Agung pada tahun 1989 setelah kematian Ruhollah Khomeini, meskipun pada saat itu ia tidak sepenuhnya memenuhi kualifikasi sebagai ulama senior. Namun, ia menerima gelar "rahbar" dan segera melakukan sentralisasi kekuasaan di bawah dirinya.
Salah satu perubahan penting yang terjadi setelah Khamenei menjadi Pemimpin Agung adalah penghapusan posisi Perdana Menteri melalui perubahan konstitusi pada tahun 1989, yang memperkuat otoritas presiden dan Pemimpin Agung.
Sebagai Pemimpin Agung, Khamenei memiliki kendali penuh atas lembaga-lembaga utama di Iran, termasuk militer, peradilan, dan media.
Ia memainkan peran utama dalam menentukan kebijakan dalam dan luar negeri Iran, terutama dalam hubungan yang sering bermasalah dengan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.
Hubungan dengan Presiden Iran

Gambar: Khamenei dan Ebrahim Raisi. (IRNA)
Khamenei dikenal memiliki hubungan yang bervariasi dengan berbagai presiden Iran. Ia bekerja sama dengan Presiden Hashemi Rafsanjani di awal 1990-an, tetapi hubungannya dengan Presiden Mohammad Khatami (1997-2005) mengalami ketegangan karena perbedaan pandangan mengenai reformasi dan keterbukaan terhadap Amerika Serikat.
Selama era Mahmoud Ahmadinejad (2005-2013), Khamenei lebih mendukung, meskipun hubungan mereka sempat tegang pada periode kedua Ahmadinejad karena perbedaan pandangan politik.
Selama masa kepemimpinan Ebrahim Raisi yang dimulai pada 2021, Khamenei kembali menegaskan posisi konservatifnya, dengan mendukung langkah-langkah ketat untuk memperkuat ekonomi dan keamanan rezim.
Kebijakan-kebijakan ini memicu kerusuhan domestik, termasuk protes besar-besaran yang dipicu oleh kematian Jina Mahsa Amini pada 2022.
Kontroversi dan Pandangan

Gambar: IRGC. (AFP)
Ali Khamenei dikenal dengan pandangannya yang keras terhadap Israel dan Zionisme. Ia sering membuat pernyataan yang sangat kritis terhadap keberadaan Israel, menyebutnya sebagai "tumor kanker" yang harus dihilangkan dari Timur Tengah.
Selain itu, Khamenei juga sering mengkritik kebijakan negara-negara Barat dan menekankan pentingnya resistensi terhadap dominasi asing.
Khamenei terlibat dalam berbagai keputusan strategis terkait program nuklir Iran, yang menjadi salah satu sumber ketegangan utama antara Iran dan negara-negara Barat.
Ia mendukung pengembangan program nuklir untuk tujuan damai, meskipun banyak pihak mencurigai niat Iran dalam hal ini.
Khamenei juga memiliki pandangan konservatif mengenai isu-isu sosial. Ia mendukung segregasi gender dan menganggap kesetaraan gender sebagai upaya Barat untuk merusak peran perempuan dalam masyarakat.
Khamenei menentang hak-hak LGBT dan menganggap homoseksualitas sebagai masalah serius yang diabaikan oleh negara-negara Barat.
Kondisi Kesehatan dan Suksesi

Gambar: Motjaba Khamenei. (AFP)
Pada bulan Oktober 2024, Khamenei dilaporkan dalam kondisi kesehatan yang serius oleh New York Times. Usianya yang sudah menginjak 85 tahun serta laporan mengenai penyakit yang dideritanya telah memicu spekulasi tentang siapa yang akan menggantikannya.
Putranya, Mojtaba Khamenei, disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Ayatollah Khamenei, dengan dukungan dari Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC).
Demikian informasinya, semoga bermanfaat.
Baca Juga:
Ayatollah Ali Khamenei Tegaskan Iran Bisa Ambil Tindakan Hadapi Israel
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News