Gunung Nyiragongo, berlokasi sekitar 10 kilometer dari Goma, terakhir kali meletus pada 2002. Kala itu, erupsi Nyiragongo menewaskan 250 orang dan membuat 120 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.
Sebelum pemerintah merilis pengumuman evakuasi, ribuan warga Goma beramai-ramai keluar dari rumah sembari membawa barang-barang berharga. Mereka berlari ke arah timur menuju Rwanda. Sebagian lainnya berlari ke dataran tinggi di wilayah barat kota Goma.
"Ada bau sulfur. Di kejauhan terlihat api besar keluar dari gunung," ucap seorang warga bernama Carine Mbala kepada kantor berita AFP.
Warga kota Goma diimbau untuk tetap tenang merespons erupsi ini. Namun mereka mengeluhkan minimnya informasi dari pemerintah di tengah beredarnya beragam keterangan membingungkan di internet.
"Semua orang ketakutan dan berlarian. Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan," ujar seorang warga bernama Zacharie Paluku.
Dario Tedesco, pakar vulkanologi di Goma, mengatakan bahwa sebuah patahan baru telah terbuka di gunung Nyiragongo. Ia menyebut muntahan lava dari gunung tersebut bergerak perlahan ke arah kota.
"Sekarang Goma menjadi target. Saya rasa lavanya bergerak ke arah pusat kota," tutur Tedesco.
Sebuah ruas jalan raya penghubung Goma ke kota Beni sudah tertutup lava. Aliran listrik di sebagian besar kota Goma terputus usai erupsi.
Melalui Twitter, seorang juru bicara pemerintah RD Kongo mengatakan bahwa pihaknya sedang mendiskusikan "langkah-langkah darurat" usai perdana menteri menggelar pertemuan di Kinshasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News