Israel mengizinkan kunjungan langka Kardinal Pierbattista Pizzaballa, pemimpin Gereja Katolik di Tanah Suci, untuk merayakan Misa di Gaza.
Namun, di luar gereja, serangan terus berlangsung. Salah satu serangan terbaru menghantam sekolah di Kota Gaza yang digunakan sebagai tempat pengungsian, menewaskan sedikitnya delapan orang, termasuk tiga anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Militer Israel mengklaim target serangan adalah militan Hamas yang bersembunyi di lokasi tersebut.
Serangan lain pada Sabtu malam menghancurkan sebuah rumah di Deir al-Balah, menewaskan delapan orang, termasuk tiga wanita dan dua anak-anak. Menurut Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs, Israel mengaku menyasar seorang militan Jihad Islam dalam serangan itu. Enam orang lainnya tewas dalam serangan terpisah pada Minggu pagi.
"Kami masih mencari anak-anak di dalam rumah. Mereka tidur di ruang tamu, lima orang bersama," ujar Noman Abu Samra, kerabat korban, saat orang-orang menyisir puing-puing di Deir al-Balah, seperti dilansir dari PBS News, Selasa 24 Desember 2024.
Dari jendela, sekelompok anak-anak terlihat menyaksikan proses pencarian tersebut.
Israel terus melancarkan serangan udara harian lebih dari 14 bulan sejak perang melawan Hamas dimulai. Israel mengklaim hanya menargetkan militan, meskipun serangan mereka sering kali menewaskan perempuan dan anak-anak.
Misa Natal di tengah konflik
Di Gereja Keluarga Kudus, puluhan jemaat berkumpul untuk merayakan Misa bersama Kardinal Pizzaballa. Pohon Natal yang dihiasi ornamen emas menjadi simbol harapan di tengah situasi genting."Saya ingin mengatakan bahwa seluruh dunia, bukan hanya umat Kristiani, tetapi semua orang, bersama kalian. Perang ini akan berakhir, dan kita akan membangun kembali," ujar Kardinal, mengajak warga Gaza untuk tidak menyerah pada ketakutan.
Kunjungan Pizzaballa berlangsung setelah Paus Fransiskus mengecam tindakan Israel di Gaza. Dalam pidato Natalnya, Paus menyebutkan bahwa anak-anak menjadi korban pemboman Israel.
"Ini adalah kekejaman, bukan perang," ujar Paus Fransiskus.
Ia juga mendesak adanya gencatan senjata dan investigasi untuk menentukan apakah tindakan Israel di Gaza termasuk dalam kategori genosida, sebagaimana dinyatakan Amnesty International dan Human Rights Watch.
Israel, yang didirikan sebagai tempat perlindungan bagi kaum Yahudi setelah Holocaust, menolak tuduhan tersebut, menyatakan bahwa mereka hanya berperang melawan Hamas yang memicu konflik.
Kondisi Gaza saat Musim Dingin
Pada 7 Oktober 2023, militan Hamas menyerang Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 250 lainnya. Sekitar 100 sandera masih berada di Gaza, dengan sepertiganya diyakini tewas.Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan besar-besaran yang telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Serangan ini juga menghancurkan sebagian besar infrastruktur dan memaksa 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.
Banyak warga kini tinggal di kamp pengungsian di sepanjang pesisir dalam kondisi memprihatinkan saat musim dingin tiba. Operasi besar Israel di Gaza utara sejak Oktober terus berlanjut, memperburuk krisis kemanusiaan karena akses bantuan sangat terbatas.
Insiden di Tepi Barat
Di Tepi Barat, seorang anggota pasukan keamanan Palestina tewas dan dua lainnya terluka dalam baku tembak dengan militan di Jenin. Otoritas Palestina menyalahkan "pemberontak" atas insiden ini.Kejadian ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat di wilayah tersebut, di mana Otoritas Palestina meluncurkan operasi keamanan untuk menindak kelompok militan. (Muhammad Reyhansyah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News