Meskipun pemerintahan Lebanon bukan merupakan target Israel, konflik ini telah memberikan banyak kerugian terhadap Lebanon.
Ribuan nyawa warga Lebanon melayang, infrastruktur Lebanon hancur, ribuan warga mengungsi, dan kedaulatan negara Lebanon telah dilecehkan oleh Israel. Namun, ditengah konflik yang berlangsung, apa yang dilakukan Pasukan Bersenjata Lebanon (LAF) dan kenapa mereka tidak melakukan apapun?
Ini informasinya
Bystander di Tengah Konflik
Melansir Times of Israel LAF memiliki sekitar 80.000 personel, dengan sekitar 5.000 di antaranya ditempatkan di wilayah selatan negara itu.

Gambar: Militer Hizbullah dengan Rudal Fajr 5 Iran. (AFP)
Namun, Hizbullah memiliki lebih dari 100.000 pejuang yang dituduh Israel didanai Iran, termasuk pemimpin mereka yang tewas, Hassan Nasrallah. Di tengah situasi ini, Tentara Lebanon tidak mampu bersaing dari segi jumlah maupun kekuatan senjata dengan Hizbullah.
LAF juga tidak mampu bersaing Israel, kemampuan militer mereka memudar setelah perang Sipil Lebanon yang dimulai tahun 1975 selama 15 tahun dimana pasukan Israel dan Suriah mengokupasi Lebanon.
Berdasarkan Aram Nerguizian, pengamat senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), ketika perang Israel-Hizbullah pertama dimulai tahun 2006, LAF "tidak mampu berinvestasi dalam modernisasi pascaperang di dunia nyata, tidak memiliki kemampuan untuk menghalau kekuatan udara Israel."

Gambar: Tank Tercanggih LAF, Diterima Tahun 2009. (Domain Publik)
Dikarenakan hal tersebut, persenjataan LAF terbilang usang dan tidak memiliki pasukan udara yang memadai. Tidak mungkin bersaing dengan tentara dengan persenjataan modern seperti Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Melansir Financial Times, Direktur wadah pemikir Sami Atallah berpendapat bahwa LAF tidak memiliki sumber daya untuk melindungi wilayah negara mereka dan berfungsi hanya untuk menjaga kestabilan domestik.
Ketidakmampuan tersebut juga dikonfirmasi oleh mantan jenderal LAF Hassan Jouni.

Gambar: Tank Israel di Lebanon Utara, 29 September. (Menahem KAHANA / AFP)
"Tentu saja, jika Israel invasi, Lebanon akan mempertahankan diri, namun dengan kemampuan yang apa adanya... tanpa melakukan hal yang ceroboh dan bunuh diri," ujar Jouni, melansir Times of Israel.
Ada upaya untuk memperkuat militer Lebanon dari pihak luar. Amerika Serikat (AS) merupakan donor utama untuk LAF, berdasarkan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) AS, negara mereka telah memberikan bantuan militer sebanyak $3 miliar sejak tahun 2006.
Namun, dukungan tersebut terbilang terbatas. Melansir Times of Israel, banyak legislator AS yang takut dukungan mereka kepada LAF akan jatuh kepada Hizbullah yang mereka anggap sebagai organisasi teroris.
Di Lebanon, banyak yang percaya AS sengaja menghadang pasukan mereka untuk mendapatkan persenjataan modern yang dapat memberikan mereka peluang untuk mempertahankan diri dari Israel, sekutu AS yang mendapatkan bantuan militer $17,9 miliar sejak tahun lalu.
Kondisi LAF diperburuk dengan krisis ekonomi Lebanon yang terjadi pada tahun 2019. Mereka tidak memiliki dana untuk membeli persenjataan dan gaji rata-rata tentara Lebanon berkisar $220 atau Rp3.424.630 per bulan.
Sejauh ini, satu-satunya pertingkaian antara IDF dan LAF adalah pada 3 Oktober ketika tank Israel membunuh tentara Lebanon dan 11 Oktober ketika 2 tentara tewas dalam serangan udara Israel. Dalam kedua kejadian tersebut, LAF menembak balik.
Baca Juga:
9 Negara yang Melabel Hizbullah Sebagai Teroris, Ada Tetangga Indonesia!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News