Dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri UEA yang di unggah di media berita milik pemerintah UAE WAM hari Selasa, 27 Agustus, selain mengatakan mereka akan mengawasi dengan cermat kasus tersebut, mereka juga mengatakan telah "meminta pemerintah Prancis untuk memberikan (Durov) layanan konsuler yang dibutuhkan secepat mungkin,".
"Kementerian Luar Negeri mengindikasikan dalam pernyataan tersebut bahwa peduli terhadap warga negara, menjaga kepentingan mereka, memantau urusan mereka, dan memberikan perhatian penuh adalah prioritas utama bagi UEA," ujar WAM.
Meskipun terlahir di Rusia, Durov memiliki kewarganegaraan ganda di negara UEA, Prancis, Rusia, serta negara kepulauan Karibia St Kitts dan Nevis.
Melansir Al-Jazeera, Prancis dan UEA memiliki hubungan kerja sama militer yang dekat dengan Prancis diizinkan mengoperasikan markas angkatan laut di Abu Dhabi dan militer UEA menggunakan tank Leclerc dan jet tempur Rafale buatan Prancis.
Media-media berita internasional seperti media yang dimiliki sebagian oleh pemerintah Iran, media berita Mehr mengabarkan bahwa UEA "mempertimbangkan blokade penuh kerja sama militer dengan Prancis," dan "membekukan kontrak membeli 80 jet tempur dari Prancis,".
Kabar tersebut berasal dari media berita bahasa Rusia Avia.Pro yang menyatakan "informasi ini muncul di media bahasa Arab dan Prancis," namun kebenaran berita tersebut belum bisa diverifikasi.
Berdasarkan Jaksa Prancis Laure Beccuau, Dugov ditangkap sebagai bagian penyelidikan terkait 12 dugaan pelanggaran hukum dalam aplikasi Telegram milknya dan investigasi orang yang tidak dinamai oleh dinas kejahatan siber Prancis. Beccuau juga mengatakan Dugov kemungkinan akan dibebaskan pada hari Rabu, 28 Agustus waktu Prancis, dilansir dari ABC.
Baca Juga:
Rusia Minta Prancis Buktikan Penangkapan Bos Telegram Tidak Bermotif Politik
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News