International Commission of Human Rights Experts (ICHRE) di Ethiopia dibentuk Desember lalu oleh Dewan HAM PBB yang berbasis di Jenewa. Pemerintah di Addis Adaba diketahui sangat keberatan akan hal ini.
Dipimpin oleh mantan jaksa Mahkamah Internasional (ICC) Fatou Bensouda, komisi beranggotakan tiga orang tersebut bertugas selama satu tahun untuk menyelidiki pelanggaran sejak perang dimulai November 2020 antara pasukan Ethiopia dengan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF). Penugasan ICHRE dapat diperbarui.
Dalam rapat komite anggaran Majelis Umum PBB, Ethiopia berupaya mengajukan naskah untuk memblokir pendanaan untuk komisi penyelidikan. Tapi, upaya itu tidak memperoleh suara yang cukup.
Menurut grafik yang menunjukkan hasil pemungutan suara, 66 negara anggota tidak setuju, hanya 27 setuju, sementara 39 abstain. Negara-negara yang tersisa dari 193 anggota PBB memilih untuk tidak ikut serta.
Baca juga: PBB: 83 Persen Warga Tigray Hanya Makan 1 Kali Sehari
"Dengar, pada prinsipnya, kami percaya bahwa komisi kami (ICHRE) yang disetujui oleh negara-negara anggota, oleh Dewan Hak Asasi Manusia, harus diberikan dana," kata juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric.
Dia juga menyatakan "baik itu di Ethiopia ataupun di tempat lainnya di dunia, pelanggaran hak asasi manusia perlu diselidiki, yang merupakan bagian penting dari pilar pertanggungjawaban."
Organisasi internasional Human Rights Watch menyambut baik hasil pemungutan suara tersebut.
"Negara-negara anggota PBB menyampaikan pesan yang kuat ke Ethiopia hari ini bahwa upayanya yang tidak tahu malu untuk lari dari tanggung jawab atas kejahatan perang dan pelanggaran lainnya dengan menghalangi penyelidikan HAM oleh PBB tidak dapat diterima," kata organisasi itu dalam pernyataannya.
“PBB harus segera mulai melangsungkan penyelidikan," imbuhnya.
Pada 24 Maret, pemerintahan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengumumkan bahwa gencatan senjata akan segera diberlakukan. Dikatakan bahwa pihaknya berharap dapat membantu mempercepat pengiriman bantuan darurat ke wilayah Tigray, di mana ratusan ribu orang menghadapi kelaparan.
Beberapa jam kemudian, pemberontak menyetujui "penghentian pertempuran," yang merupakan titik balik dalam perang yang berlangsung hampir 17 bulan di Ethiopia utara yang menewaskan ribuan orang.
Pekan ini, kedua belah pihak saling menuduh satu sama lain atas penutupan bantuan mencapai wilayah Tigray, di mana lebih dari 400.000 orang mengungsi akibat konflik. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News