Evakuasi warga asing di Sudan usai kedua pihak bertikai sepakat gencatan senjata 72 jam. (AFP)
Evakuasi warga asing di Sudan usai kedua pihak bertikai sepakat gencatan senjata 72 jam. (AFP)

Sudan Gencatan Senjata 72 Jam, Evakuasi Massal Warga Asing Bergerak

Marcheilla Ariesta • 25 April 2023 09:54
Khartoum: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, para jenderal yang bertikai di Sudan telah menyetujui gencatan senjata 72 jam mulai hari ini, Selasa, 25 April 2023. Gencatan senjata disepakati setelah 10 hari pertempuran kota menewaskan ratusan orang, melukai ribuan orang, dan memicu eksodus massal warga asing.
 
Tawaran sebelumnya untuk menghentikan konflik gagal dilakukan, tetapi Blinken mengatakan, "Menyusul negosiasi yang intens selama 48 jam terakhir, Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) telah setuju untuk menerapkan gencatan senjata nasional mulai tengah malam 24 April, berlangsung selama 72 jam."
 
Pernyataan Blinken datang dua jam sebelum gencatan senjata diberlakukan mulai pukul 22.00 waktu setempat pada Senin.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan sebelumnya, Sudan berada di "tepi jurang". Menurutnya, kekerasan "dapat melanda seluruh wilayah dan sekitarnya".
 
Pertempuran itu telah mengadu pasukan yang setia kepada panglima militer Abdel Fattah al-Burhan melawan mantan wakilnya Mohamed Hamdan Daglo, yang memimpin RSF paramiliter.
 
RSF muncul dari milisi Janjaweed yang dilepaskan oleh presiden Omar al-Bashir di Darfur, yang menyebabkan tuduhan kejahatan perang terhadap Bashir dan lainnya.
 
Pasukan Kebebasan dan Perubahan, blok sipil utama yang digulingkan kedua jenderal dari kekuasaan dalam kudeta 2021 mengatakan, gencatan senjata akan memungkinkan “dialog tentang modalitas gencatan senjata permanen.”
 
Setidaknya 427 orang tewas dan lebih dari 3.700 terluka, menurut badan-badan PBB.
 
"Di antara yang terakhir meninggal adalah asisten atase administrasi di kedutaan besar Kairo di Khartoum," kata kementerian luar negeri Mesir.
 
Pejabat tersebut tewas saat dalam perjalanan dari rumah ke kedutaan untuk menindaklanjuti prosedur evakuasi.
 
Evakuasi warga asing
 
Lebih dari 4.000 orang telah meninggalkan negara itu dalam evakuasi terorganisir asing yang dimulai pada Sabtu.
 
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia meluncurkan misi darurat untuk menyelamatkan staf kedutaan mereka dan warga negara yang berbasis di Sudan melalui jalan darat, udara, dan laut.
 
Baca juga: Menlu RI: 538 WNI Dievakuasi Tahap Pertama dari Sudan
 
Sayangnya, jutaan orang Sudan tidak dapat melarikan diri dari salah satu negara termiskin di dunia, dengan sejarah kudeta militer.
 
Mereka mencoba bertahan dari kekurangan air, makanan, obat-obatan dan bahan bakar yang akut serta pemadaman listrik dan internet.
 
Badan-badan PBB melaporkan beberapa warga sipil Sudan dapat melarikan diri ke Chad, Mesir, dan Sudan Selatan.
 
Kamar jenazah penuh
 
“Kamar mayat penuh. Mayat berserakan di jalan-jalan,” kata Attiya Abdallah, kepala serikat dokter Sudan.
 
Ia melaporkan lebih banyak korban setelah lokasi di Khartoum selatan “dibom habis-habisan”.
 
“Kita semua harus melakukan segala daya kita untuk menarik Sudan kembali dari tepi jurang,” kata Guterres.
 
Dia juga, sekali lagi, menyerukan gencatan senjata.
 
Inggris meminta pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB tentang Sudan, yang diharapkan berlangsung hari ini.
 
Kehacuran parah
 
Konvoi PBB yang membawa 700 orang menyelesaikan perjalanan darat sejauh 850 kilometer yang sulit ke Port Sudan di pantai Laut Merah dari ibu kota, tempat mereka meninggalkan tembakan dan ledakan.
 
Kepala misi PBB Volker Perthes mengatakan, konvoi tiba dengan selamat.
 
“Tiga puluh lima jam dalam konvoi yang tidak begitu nyaman tentu lebih baik daripada tiga jam pengeboman dan duduk di bawah peluru,” katanya.
 
Sebuah pernyataan PBB secara terpisah mengatakan, dia dan staf kunci lainnya akan "tetap di Sudan dan akan terus bekerja menuju penyelesaian krisis saat ini".
 
Dengan bandara Khartoum dinonaktifkan setelah pertempuran yang menyebabkan pesawat hangus di landasan, banyak orang asing diterbangkan dari lapangan terbang yang lebih kecil ke negara-negara tetangga, termasuk Djibouti dan Yordania.
 
Pasukan khusus AS menyerbu dengan helikopter Chinook untuk menyelamatkan para diplomat dan tanggungan mereka, sementara Inggris meluncurkan misi penyelamatan serupa.
 
Tiongkok mengatakan, telah "mengevakuasi dengan aman" sekelompok warga pertama dan akan "mencoba segala cara untuk melindungi nyawa, properti, dan keselamatan1.500 warganya di Sudan".
 
Sementara itu, evakuasi tahap pertama Indonesia juga sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan tahap kedua.
 
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi meminta warga agar melapor diri ke KBRI Khartoum. Pasalnya, Indonesia berencana mengevakuasi seluruh WNI dari Sudan.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan