Mohammadi, 51 tahun, seorang jurnalis dan aktivis, menghabiskan sebagian besar waktunya selama dua dekade terakhir di dalam dan di luar penjara. Dia ditahan karena kampanyenya menentang kewajiban berhijab bagi perempuan dan hukuman mati.
Dia adalah Wakil Presiden Human Rights Centre yang didirikan oleh pengacara hak asasi manusia Iran Shirin Ebadi, yang juga merupakan penerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2003.
“Mohammadi mendapat penghargaan atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan di Iran dan perjuangannya untuk memajukan hak asasi manusia dan kebebasan bagi semua orang," kata Berit Reiss-Andersen, ketua Komite Nobel Norwegia di Oslo, seperti dikutip AFP.
“Perjuangan beraninya harus dibayar dengan kerugian pribadi yang sangat besar. Secara keseluruhan, rezim telah menangkapnya sebanyak 13 kali, memvonisnya lima kali, dan menjatuhkan hukuman total 31 tahun penjara dan 154 kali cambukan,” kata Reiss-Andersen dalam kutipan juri.
Berbicara kepada wartawan setelah pengumuman tersebut, dia menyerukan pembebasan Mohammadi.
“Jika pihak berwenang Iran membuat keputusan yang tepat, mereka akan membebaskannya. Jadi dia bisa hadir untuk menerima kehormatan ini, yang merupakan harapan utama kami,” tegas Reiss-Andersen.
Protes baru-baru ini di Iran “mempercepat proses mewujudkan demokrasi, kebebasan dan kesetaraan di Iran,” sebuah proses yang kini “tidak dapat diubah”, kata Mohammadi kepada AFP bulan lalu dalam sebuah surat yang ditulis dari sel penjaranya.
Dia dan tiga wanita lainnya yang ditahan bersamanya di penjara Evin di Teheran membakar jilbab mereka untuk memperingati kematian Amini pada 16 September.
Iran berada di peringkat 143 dari 146 negara dalam peringkat kesetaraan gender Forum Ekonomi Dunia.
Pihak berwenang Iran menindak keras pemberontakan “Perempuan, Kehidupan, Kebebasan” yang terjadi tahun lalu.
Sebanyak 551 pengunjuk rasa, termasuk 68 anak-anak dan 49 wanita, dibunuh oleh pasukan keamanan, menurut Hak Asasi Manusia Iran, dan ribuan lainnya ditangkap.
Gerakan ini terus berlanjut dalam bentuk lain.
Hal yang tidak terbayangkan setahun yang lalu, perempuan kini keluar ke tempat umum tanpa jilbab, khususnya di Teheran dan kota-kota besar lainnya, meskipun ada risikonya.
Mengenakan jilbab adalah salah satu pilar republik Islam.
Pihak berwenang telah meningkatkan kontrol, antara lain menggunakan kamera pengintai, dan menangkap aktris yang mengunggah foto dirinya di media sosial tanpa hijab.
Peran penting
Kemenangan Mohammadi menunjukkan peran penting perempuan dalam perjuangan kebebasan, kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.Baerbock mengatakan kemenangan Mohammadi "menunjukkan kekuatan perempuan untuk kebebasan", dan menambahkan "suaranya yang tak kenal takut tidak dapat dikurung, masa depan Iran adalah perempuan", dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
PBB mendesak Iran untuk membebaskan Narges Mohammadi dan semua pembela hak asasi manusia yang dipenjara oleh Teheran.
“Perempuan Iran telah menjadi inspirasi bagi dunia,” kata kantor hak asasi manusia PBB kepada AFP.
“Keberanian dan tekad mereka dalam menghadapi pembalasan, intimidasi, kekerasan dan penahanan sungguh luar biasa. Mereka telah dilecehkan karena apa yang mereka kenakan dan apa yang tidak mereka kenakan, dan mereka menghadapi tindakan hukum, sosial dan ekonomi yang semakin ketat terhadap mereka,” imbuh PBB.
“Kasus Narges Mohammadi merupakan simbol dari risiko besar yang diambil perempuan dalam mengadvokasi hak-hak seluruh warga Iran. Kami menyerukan pembebasan dia dan pembebasan semua pembela hak asasi manusia yang dipenjara di Iran,” sebut PBB.
Juru bicara kantor hak asasi manusia Elizabeth Throssell menambahkan pada konferensi pers di Jenewa bahwa penghargaan Nobel untuk Mohammadi "benar-benar menyoroti keberanian dan tekad perempuan Iran dan bagaimana mereka menjadi inspirasi".
Sementara Juru Bicara PBB Alessandra Vellucci mengatakan penghormatan terhadap hak-hak perempuan selalu menjadi “poin yang sangat penting” bagi PBB.
“Kami membela hak-hak perempuan di seluruh dunia, termasuk di Iran,” katanya dalam pengarahan tersebut.
“Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sangat jelas dalam pembelaannya terhadap hak asasi perempuan dan anak perempuan di Iran,“ pungkas Vellucci.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News