Kesepakatan Abraham merupakan persetujuan yang ditandatangani Israel bersama sejumlah negara Arab guna menormalisasi hubungan antar negara. Hal ini dipercaya dapat membangun hubungan diplomatik dan ekonomi antara Israel dengan sejumlah negara di Timur Tengah.
Dilansir dari The Jerusalem Post, Kamis, 7 Oktober 2021, Pemilihan ini dikarenakan Oman telah mempertahankan hubungan tingkat rendah dengan Israel sejak 1991. Saat itu, putaran pembicaraan damai tengah diadakan di Madrid, Spanyol.
Dalam pertemuan online yang membahas status kesepakatan atas pencapaian tahun lalu antara Israel dan Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Sudan, Benjamin mengatakan “Dengan Oman, kami memiliki kerja sama dan rencana yang berkelanjutan”.
Oman disebut menjadi salah satu dari segelintir negara Arab yang mengizinkan Israel untuk mendirikan kantor kepentingan setelah perjanjian Oslo Israel-Palestina 1993. Pada 2000, Sejumlah kantor ini ditutup setelah peluncuran Intifada Kedua, dimana hampir 1.000 orang warga Palestina terbunuh melalui bom bunuh diri.
Terlepas dari kemunduran tersebut, Israel tetap terlibat dalam Middle East Desalination Research Center (MEDRC), sebuah fasilitas penelitian air tawar yang didirikan di Oman pada 1996.
“Jadi kami sudah memiliki hubungan dengan Oman,” ujar Benjamin.
Pemilihan Oman disebut mengarah ke normalisasi penuh antar negara. Selain itu, kemungkinan ini mempertahankan dan memperluas Kesepakatan Abraham yang merupakan area langka dari kebijakan luar negeri bersama antara pemerintahan AS di masa Donald Trump dengan saat ini yang dipimpin oleh Joe Biden.
“Saya sangat berharap ketika kita bertemu, setidaknya tahun depan kita akan dapat berbicara tentang negara kita yang telah bergabung (normalisasi hubungan),” pungkas Benjamin. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News