Addis Ababa: Perdana Menteri (PM) Ethiopia, Abiy Ahmed disebut bergabung dengan garis depan pasukan pemerintah guna memerangi para pemberontak dari wilayah Tigray, Ethiopia.
Aksinya mendorong seruan internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS) terkait solusi diplomatik dan gencatan senjata segera untuk konflik tersebut. Pertempuran di utara negara terpadat kedua di Afrika itu diketahui telah menewaskan ribuan orang dan memaksa ratusan ribu lain mengalami kelaparan.
Dilansir dari AFP, Kamis, 25 November 2021, pemerintah asing telah mengatakan kepada warganya untuk pergi di tengah perang yang meningkat. Terdapat kekhawatiran, pemberontak Tigrayan dapat berbaris di ibu kota Tigray, Addis Ababa.
Fana Broadcasting Corporate (FBC) melaporkan, Ahmed yang merupakan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019, “sekarang memimpin serangan balasan” dan “telah memberikan kepemimpinan dari medan perang sejak kemarin.”
FBC mengatakan, tidak jelas keberadaan mantan operator radio di militer yang naik pangkat menjadi letnan kolonel tersebut ditempatkan. Media pemerintah tidak menyiarkan gambar Ahmed di lapangan, dan para pejabat belum menanggapi permintaan rincian tentang keberadaannya.
Mengatasi laporan Ahmed, Kementerian Luar Negeri AS pada Rabu malam memperingatkan, “tidak ada solusi militer” untuk perang saudara Ethiopia.
“Kami mendesak semua pihak untuk menahan diri dari retorika yang menghasut dan berperang, untuk menahan diri, menghormati hak asasi manusia, mengizinkan akses kemanusiaan, dan melindungi warga sipil,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price.
Sehari sebelumnya, utusan khusus AS untuk Tanduk Afrika tersebut, Jeffrey Feltman, mengatakan, “kemajuan yang baru lahir” berisiko “dilampaui oleh eskalasi militer oleh kedua belah pihak”.
Utusan asing lainnya disebut juga dengan panik mendorong gencatan senjata, meskipun terdapat beberapa tanda terobosan yang akan datang.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres menyerukan pada Rabu, diakhirinya pertempuran dengan cepat. Komentar yang dibuat Guterres saat berkunjung ke Kolombia, untuk menandai ulang tahun kelima dari kesepakatan damai antara pemerintah dan mantan pemberontak Pasukan Revolusioner Kolombia (FARC).
“Proses perdamaian di Kolombia mengilhami saya untuk membuat seruan mendesak hari ini kepada para protagonis konflik di Ethiopia untuk gencatan senjata tanpa syarat dan segera untuk menyelamatkan negara,” ujar Guterres.
Perang diketahui meletus pada November 2020, saat Ahmed mengirim pasukan ke Tigray untuk menggulingkan partai yang berkuasa, Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Pejabat berusia 45 tahun tersebut mengatakan, langkah itu sebagai tanggapan atas serangan TPLF di sejumlah kamp tentara federal. Selain itu, atas janji kemenangan cepat, namun pada akhir Juni pemberontak telah merebut kembali sebagian besar Tigray, termasuk Mekele.
Sejak itu, TPLF telah mendorong ke wilayah tetangga Amhara dan Afar. Partai paramiliter yang didirikan sejak 1975 tersebut pun mengklaim, telah merebut sebuah kota hanya 220 kilometer dari Addis Ababa. (Nadia Ayu Soraya)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id