"Warga sudah mulai kembali. Tapi mereka kesulitan mendapat makan karena para teroris menjarah hampir semua barang berharga," kata Agostinho Muthisse, seorang komandan militer Mozambik, kepada sekelompok awak media, dilansir dari laman Voice of America pada Selasa, 6 April 2021.
Pemberontak bersenjatakan peluncur roket, senapan mesin, dan golok menyerbu kota Palma pada 24 Maret lalu. Serangan terjadi saat perusahaan energi Total asal Prancis hendak melanjutkan proyek gas alam di kota tersebut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Jumat pekan kemarin, Total memutuskan menarik semua personelnya dari kota Palma atas alasan keamanan.
Serangan pemberontak terafiliasi ISIS telah membuat lebih dari 9.100 orang melarikan diri dari kota Palma dan area sekitarnya di provinsi Cabo Delgado. Bahkan sebelum serangan itu pun sekitar 670 ribu warga Cabo Delgado tidak memiliki tempat tinggal sebagai dampak dari pemberontakan di tahun 2017.
Baca: AS Kecam Serangan Teroris di Kota Palma Mozambik
Puluhan warga sipil tewas dalam serangan pemberontak di kota Palma bulan lalu. "Sejumlah teroris juga tewas ditembak dalam operasi," kata Komandan Chongo Vidigal kepada saluran televisi TVM pada Minggu kemarin.
Dari puluhan korban tewas, beberapa di antaranya adalah warga asing asal Inggris dan Afrika Selatan.
Vidigal, yang memimpin operasi militer di Palma, mengatakan bahwa pemerintah Mozambik akan merilis data resmi korban tewas dan luka dalam waktu dekat.
"Palma sudah 100 persen di bawah kendali otoritas Mozambik," tegas Gubernur Cabo Delgado, Valygi Tualibo, kepada awak media.
Namun sejumlah pakar skeptis dengan klaim pemerintah. Detail mengenai situasi di Palma masih sulit diverifikasi karena terbatasnya jaringan komunikasi.