Empat tahanan tewas dan 61 lainnya terluka dalam kebakaran besar di penjara Evin yang berlokasi di ibu kota Teheran pada Sabtu malam. Kebakaran ini terjadi di saat Iran tengah dilanda gelombang protes masif terkait kematian Mahsa, perempuan muda berusia 22 tahun yang meninggal saat ditahan polisi moral.
Aksi mengecam kematian Mahsa Amini telah meletus sejak 17 September lalu. Bentrokan antar demonstran dan pasukan keamanan hampir selalu terjadi dalam aksi unjuk rasa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Karena terjadi di saat gelombang protes belum mereda, kebakakan di penjara Evin dikaitkan dengan Mahsa Amini. Penjara Evin dikenal sebagai tempat penahanan ratusan tahanan politik yang telah menjadi simbol sikap keras rezim terhadap suara kritik.
Di saat asap mengepul tebal dari area penjara Evin, Pemerintah Iran bersikeras bahwa peristiwa tersebut disebabkan sekelompok penjahat dan tidak terkait dengan protes Mahsa Amini. Versi resmi dari peristiwa kebakaran itu masih diperdebatkan sejumlah organisasi hak asasi manusia.
"Matilah diktator," seru seseorang di lokasi kebakaran yang meneriakan salah satu slogan protes anti-pemerintah, dikutip dari laman Independent.ie pada Senin, 17 Oktober 2022.
Sementara itu, Presiden Ebrahim Raisi tadi malam menyalahkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sebagai pihak yang telah menghasut kekacauan, teror, dan kehancuran di seantero Iran.
Baca: Presiden Iran Tuduh Biden Hasut Kekacauan di Negaranya
Otoritas Iran awalnya menyebutkan bahwa sekitar sembilan orang terluka dalam kebakaran di penjara Evin dan tidak ada satu pun narapidana yang melarikan diri. Mereka kemudian merevisi angka tersebut menjadi empat orang tewas dan 61 terluka.
Penjara Evin, yang dikenal karena praktik penyiksaan, selama ini menampung ratusan aktivis, warga berstatus kewarganegaraan ganda, dan siapa pun yang dianggap sebagai kritikus rezim. Ratusan pengunjuk rasa yang mengikuti aksi solidaritas Mhasa Amini bahkan telah ditahan di Evin.