Terdapat laporan polisi menggunakan peluru tajam saat menghadapi demonstran di Lagos, kota terbesar di Nigeria.
Kematian dua orang terjadi satu hari usai sebuah unit di kepolisian Nigeria dibubarkan. Selama ini unit tersebut dikenal sering menangkap orang tanpa izin, atau bahkan melakukan pembunuhan.
Para pengunjuk rasa sudah sejak lama meminta agar Pasukan Khusus Anti-Perampokan (Sars) dari Kepolisian Nigeria dibubarkan.
Banyak demonstran masih belum puas dengan pembubaran. Ini dikarenakan jajaran anggota Sars tidak mendapat hukuman disiplin, melainkan hanya dimutasi ke divisi lain.
Menurut laporan koresponden BBC Ishaq Khalid dari Abuja, sejumlah saksi mata mengaku melibat beberapa korban dari kubu pengunjuk rasa usai polisi melepaskan tembakan di area Surulere di Lagos.
Dikutip dari laman BBC pada Selasa, 13 Oktober 2020, pedemo membalas aksi represif polisi dengan melemparkan batu dan objek lainnya. Kepolisian Nigeria mengatakan, satu aparat tewas dan dua lainnya terluka parah diserang "demonstran bersenjata."
Satu korban tewas lainnya adalah pria berusia 55 tahun. Kepolisian Nigeria dan demonstran sama-sama saling menyalahkan atas kematian tersebut.
Sementara itu, seorang ajudan dari Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengecam penggunaan peluru tajam terhadap pengunjuk rasa. Selain peluru tajam, terdapat pula laporan bahwa polisi mengerahkan truk bersenjata ke arah bandara Lagos untuk membubarkan demonstran.
Sebelumnya, Buhari menjanjikan reformasi polisi secara "ekstensif." Ia juga berjanji akan menyeret personel Sars ke hadapan hukum yang terindikasi melakukan pelanggaran hak asasi manusia.
Dalam sebuah pesan video, Buhari mengatakan bahwa pembubaran Sars adalah "langkah pertama" dalam rangkaian reformasi kepolisian di Nigeria. Ia mengatakan jajaran kepolisian di Nigeria adalah para pekerja keras, sehingga reputasinya sebaiknya tidak tercoreng hanya karena ulah segelintir oknum.
Baca: Kekerasan Komunal di Nigeria Pusat Tewaskan 20 Orang
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News