Melansir dari VOA News pada Senin, 27 Mei 2024, pertempuran sengit di El-Fasher, ibu kota provinsi Darfur Utara, juga melukai lebih dari 930 orang pada periode yang sama.
"Ini merupakan tanda intensitas kekerasan dalam pertempuran," kata Doctors Without Borders.
"Kami mendesak pihak-pihak bertikai untuk berbuat lebih banyak demi melindungi warga sipil," sambungnya.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bentrokan antara militer Sudan dan RSF meningkat awal bulan ini di El-Fasher, yang memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka.
El-Fasher kini menjadi pusat konflik antar Sudan dan RSF, yang kerap dibantu milisi etnis Arab yang biasa dikenal dengan nama Janjaweed. Kota tersebut merupakan benteng terakhir yang masih dikuasai militer Sudan di wilayah Darfur.
Konflik Sudan dimulai pada April tahun lalu, di saat ketegangan yang meningkat antara para pemimpin militer dan RSF meledak menjadi pertempuran terbuka di ibu kota Khartoum dan tempat lain di negara tersebut.
Konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 14.000 orang serta melukai ribuan lainnya di tengah laporan meluasnya kekerasan seksual dan kekejaman lain. Konflik tersebut juga mendorong banyak penduduk Sudan ke ambang kelaparan.
Badan pangan PBB memperingatkan pihak-pihak bertikai di Sudan awal bulan ini, bahwa ada risiko kelaparan serius dan kematian yang meluas di Darfur dan tempat lain di Sudan apabila mereka tidak mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah barat. (Theresia Vania Somawidjaja)
Baca juga: Sudan di Ambang ‘Krisis Kelaparan Terbesar di Dunia'
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News