Serangan rudal dan pesawat tanpa awak (drone) tersebut diakui oleh pemberontak Houthi, yang didukung oleh Iran.
Kedua negara juga kecewa dengan situasi negosiasi perjanjian nuklir Iran yang tidak kunjung menemui titik terang.
Perjanjian yang disebut Badan Energi Atom Internasional (IAEA) “sangat kompleks” tersebut dianggap tidak mempertimbangkan kepentingan keamanan Arab Saudi dan UAE.
AS mendesak perbaikan hubungan dengan kedua negara itu, karena kemungkinan akan mengatasi krisis minyak. Biden mengumumkan larangan impor minyak Rusia di tengah gas mencapai rekor harga tertinggi secara global.
“Ada beberapa ekspektasi akan terjadinya pembicaraan telepon (antara Biden dan MBS), tapi itu tidak terjadi,” kata seorang sumber dari AS kepada WSJ, dikutip dari The Jerusalem Post, Rabu, 9 Maret 2022.
Sumber tersebut mengatakan pembicaraan itu bermaksud “menyalakan keran (minyak Arab Saudi)”.
Di sisi lain, dukungan dari Timur Tengah, yang kaya akan minyak, menjadi semakin penting bagi AS apabila ingin membentuk front persatuan untuk melawan Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Arab Saudi dilaporkan telah lama kecewa terkait hubungannya dengan AS yang memburuk sejak pelantikan Biden. Seiring dengan bertambahnya dukungan di Yaman, Arab Saudi dilaporkan mencari bantuan dengan program nuklir sipil mereka sendiri, juga mengklarifikasi posisi hukum MBS di AS karena tuntutan hukum yang diajukan atas pembunuhan Jamal Khashoggi.
Dalam wawancara dengan The Atlantic bulan ini, putra mahkota Arab Saudi itu mengatakan dirinya “tidak peduli jika Biden salah paham tentang dirinya.”
“Biden harus fokus pada kepentingan Amerika. Saya tidak memiliki hak untuk menceramahi Amerika dan hal yang sama berlaku sebaliknya,” kata MBS.
Namun, MBS juga menegaskan bahwa Riyadh berniat mempertahankan dan memperkuat hubungan "panjang dan historis" dengan AS. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News