Salah satu warga yang mengurbankan ayam, adalah Fadel al-Sbei. Ia berkurban dua ekor ayam untuk disembelih saat Iduladha tahun ini.
Fadel adalah ayah dari enam anak yang setiap hari bekerja sebagai jasa pengiriman barang. Ia hanya mendapatkan upah sebanyak USD2 (setara Rp29 ribu).
"Situasi kami sangat buruk. Saya pergi ke pasar untuk membeli hewan kurban, tapi harganya sangat mahal. Saya tidak mampu membeli apapun," ucapnya dikutip dari AFP, Selasa, 20 Juli 2021.
Baca juga: Yaman akan Terima Lebih Banyak Vaksin Covid-19 Bulan Ini
Ia mengatakan, domba dan kambing dijual dengan harga 150 ribu hingga 200 ribu riyal (setara Rp8,7 -11,6 juta). "Saya akhirnya membeli ayam untuk hari raya," tutur Fadel.
Taez, kawasan yang dikepung pemberontak Houthi, menjadi daerah yang paling terdampak sejak konflik terjadi pada 2014. Kesulitan yang dirasakan Fadel juga dialami Mohammed al-Sharaabi.
"Harganya benar-benar gila. Kami tidak dapat membeli kambing karena harganya mahal. Tahun ini sulit membeli hewan kurban karena krisis dan kekuatan dolar serta riyal Saudi," tutur Mohammed.
Sekitar 5 juta jiwa di Yaman berada di ambang kelaparan. Sementara itu, sekitar 50 ribu orang di Yaman hidup dalam kondisi kelaparan.
Berdasarkan Program Pangan Dunia PBB (FAO), pertama kalinya tingkat kelaparan kritis seperti itu tercapai dalam dua tahun.
Harga pangan telah melonjak 200 persen dibandingkan dengan tingkat sebelum perang. Sekitar 80 persen warga Yaman sekarang bergantung pada bantuan pangan internasional.
Sejak 2014, perang di Yaman dimulai. Pemberontak Houthi merebut ibu kota Sanaa dan menentang pasukan dukungan Arab Saudi yang membela pemerintah.
Berdasarkan organisasi kemanusiaan, konflik itu telah merenggut puluhan ribu nyawa dan jutaan orang mengungsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News