Serangan ini memaksa pasukan Assad mundur. Rusia kemudian merespons dengan serangan udara intensif di Aleppo dan Idlib, menargetkan militan dan fasilitas mereka. Tapi kenapa Rusia di Suriah? Tidak cukupkah bertempur di Ukraina? Ini penjelasannya.
Latar Belakang dan Sejarah Hubungan Rusia dan Suriah
Rusia mulai terlibat langsung dalam konflik Suriah pada tahun 2015, meskipun dukungannya terhadap rezim Assad sudah dimulai sejak awal perang saudara pada tahun 2011.Pemerintah Rusia melihat keberadaan Presiden Bashar al-Assad sebagai faktor penting dalam mempertahankan stabilitas di Suriah dan mencegah negara tersebut jatuh ke tangan kelompok ekstremis, seperti ISIS dan kelompok-kelompok pemberontak lainnya.
Selain itu, Suriah merupakan salah satu sekutu terpenting Rusia di Timur Tengah sejak era Perang Dingin, dengan hubungan politik dan militer yang kuat antara kedua negara.
Hubungan panjang antara Rusia dan Suriah secara formal dimulai pada periode pasca-Perang Dingin ketika Uni Soviet runtuh. Setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia mengalami berbagai kesulitan, baik secara politik, ekonomi, maupun sosial.
Pada saat itu, militer Rusia menghadapi masalah besar terkait kekurangan peralatan, senjata, serta kurangnya pelatihan dan disiplin.
Meskipun Rusia mengalami masa-masa sulit setelah runtuhnya Uni Soviet, mereka tetap mempertahankan hubungan dengan Suriah.
Kedua negara memiliki kepentingan yang sama, terutama dalam menghadapi gerakan Islam radikal dan keinginan Rusia untuk memiliki akses ke Laut Mediterania.
Hubungan ini semakin diperkuat dengan penandatanganan Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama pada 8 Oktober 1980 oleh Leonid Brezhnev dan Hafez Al-Assad.
Pada September 2015, Dewan Federasi Rusia memberikan wewenang kepada Presiden Vladimir Putin untuk mengerahkan kekuatan militer ke Suriah.
Rusia kemudian memulai serangan udara yang menargetkan kelompok ISIS, Front al-Nusra, dan pemberontak lainnya yang menentang rezim Assad. Selain serangan udara, Rusia juga memberikan bantuan persenjataan dan dukungan logistik kepada pasukan pemerintah Suriah.
Sejak tahun 1950 hingga 1980, Uni Soviet dan Suriah sering terlibat dalam hubungan bilateral yang erat, terutama dalam perdagangan militer.
Ketika Mesir memutuskan untuk bersekutu dengan Amerika Serikat, Suriah menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang tetap menerima perhatian lebih dari Uni Soviet, terutama dalam hal bantuan militer dan sistem persenjataan.
Alasan Geopolitik dan Strategis
Ada beberapa alasan utama yang mendorong Rusia untuk terlibat dalam konflik Suriah. Salah satunya adalah untuk mempertahankan pangkalan militer Rusia di Tartus, yang merupakan satu-satunya pangkalan angkatan laut Rusia di Laut Mediterania.Keberadaan pangkalan ini memungkinkan Rusia memiliki akses strategis di kawasan dan menjadi simbol kehadiran militer Rusia di luar negeri setelah berakhirnya Perang Dingin.
Selain itu, keterlibatan Rusia di Suriah juga dipicu oleh ketakutan Kremlin akan terulangnya revolusi warna yang telah menggulingkan pemimpin seperti Muammar Gaddafi di Libya pada tahun 2011.
Bagi Rusia, kejatuhan Assad akan memberikan dampak buruk terhadap stabilitas regional dan menghilangkan sekutu utama di Timur Tengah.
Putin merasa penting untuk melindungi Assad agar Suriah tidak mengalami nasib yang sama seperti Libya dan menjadi ajang campur tangan negara-negara Barat.
Selain kepentingan militer, Rusia juga melihat kehadirannya di Suriah sebagai aset geopolitik penting yang dapat digunakan dalam negosiasi dengan berbagai pihak, termasuk Iran, Turki, dan bahkan negara-negara Barat.
Rusia mempertahankan kehadirannya di Suriah meskipun telah mengurangi jumlah pasukan dan bantuan keuangan, terutama setelah keterlibatan besar di Ukraina yang telah mengalihkan sebagian besar sumber daya.
Rusia semakin tidak ingin campur tangan dalam urusan domestik Suriah dan lebih fokus menjaga agar situasi tidak semakin meningkat.
Pengaruh dan Keuntungan yang Dicapai Rusia
Dengan membantu Assad bertahan di kekuasaan, Rusia berhasil menjaga pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dan menunjukkan kekuatan militernya di panggung internasional.Melalui intervensi di Suriah, Rusia memperlihatkan bahwa mereka adalah pemain utama yang mampu mempengaruhi situasi geopolitik global.
Selain itu, Rusia juga menggunakan konflik ini untuk menguji berbagai peralatan militer dan senjata baru, yang meningkatkan daya saing industri pertahanan Rusia di pasar global.
Namun, keterlibatan Rusia tidak selalu berjalan mulus, terutama dengan pecahnya pertempuran di Aleppo yang menambah kompleksitas konflik.
Pada akhir November 2024, kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) melancarkan serangan besar-besaran yang berhasil merebut beberapa bagian penting dari kota Aleppo, termasuk distrik Al-Hamdaniya dan Salah al-Din. Serangan ini memaksa pasukan pemerintah mundur dan mereorganisasi strategi mereka.
Rusia merespons serangan tersebut dengan serangan udara intensif yang menargetkan posisi pemberontak di Aleppo dan wilayah Idlib, termasuk konsentrasi militan dan fasilitas penyimpanan amunisi.
Serangan ini menyebabkan ratusan korban di pihak pemberontak dan juga memakan korban di kalangan warga sipil. Meski begitu, situasi di Aleppo tetap tegang, dan keterlibatan Rusia semakin memperkuat posisi Assad sekaligus menunjukkan komitmen Rusia dalam mempertahankan sekutunya di kawasan.
Pertempuran di Aleppo dan serangan balasan dari pasukan Rusia juga menggarisbawahi ketidakmampuan rezim Assad untuk sepenuhnya mengendalikan wilayah yang strategis tanpa bantuan eksternal.
Sebagian besar keberhasilan militer Suriah tidak lepas dari keterlibatan langsung Rusia, baik dalam serangan udara maupun dalam dukungan logistik dan intelijen.
Meskipun demikian, perlawanan dari kelompok pemberontak masih kuat, terutama di bagian utara Suriah, di mana kelompok-kelompok oposisi mendapat dukungan dari Turki dan negara-negara Teluk.
Baca Juga:
Siapa Hayat Tahrir al-Sham? Yang Melawan Pemerintah Suriah di Aleppo
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id