Militer dan milisi Sudan sama-sama enggan gencatan senjata dan merasa diuntungkan dengan pertempuran. (AFP)
Militer dan milisi Sudan sama-sama enggan gencatan senjata dan merasa diuntungkan dengan pertempuran. (AFP)

Sudan Terus Memanas, Militer dan Milisi Ogah Gencatan Senjata

Marcheilla Ariesta • 18 April 2023 08:49
Khartoum: Faksi-faksi yang berperang di Sudan saling mengklaim memperoleh keuntungan karena kekerasan yang terus berlanjut di ibu kota negara itu. Serangan memutus aliran listrik dan air di Khartoum.
 
Sementara itu, utusan PBB untuk Sudan mengatakan, keduanya tidak menunjukkan tanda-tanda bersedia untuk negosiasi.
 
"Pertempuran antara militer dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter menewaskan setidaknya 185 orang dan melukai lebih dari 1.800 orang," ujar utusan PBB Volker Perthes di tengah serangan udara, dilansir dari France24, Selasa, 18 April 2023.

Perebutan kekuasaan mematikan mereka telah menggagalkan peralihan ke pemerintahan sipil dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
 
Asap menyelimuti ibu kota, dan penduduk melaporkan gemuruh serangan udara, tembakan artileri, dan penembakan yang menutup rumah sakit di kota yang tidak terbiasa dengan kekerasan.
 
"Kedua pihak yang bertikai tidak memberikan kesan bahwa mereka menginginkan mediasi untuk perdamaian di antara mereka segera," kata Perthes.
 
Baca juga: Pertempuran Sudan Masih Panas, Korban Tewas Bertambah Jadi 97
 
Dia mengatakan kedua belah pihak telah menyetujui gencatan senjata kemanusiaan selama tiga jam. Namun untuk hari kedua berturut-turut pertempuran terus berlanjut meski dijanjikan akan tenang, menurut siaran wartawan Al Jazeera dan Al Arabiya TV dari Khartoum.
 
Pertempuran di Khartoum dan kota kembar Omdurman dan Bahri sejak Sabtu adalah yang terburuk dalam beberapa dasawarsa. Pertempuran ini berisiko memisahkan Sudan antara dua faksi militer yang telah berbagi kekuasaan selama transisi politik yang sulit.
 
Panglima Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengepalai dewan penguasa yang dibentuk setelah kudeta tahun 2021 dan penggulingan pemimpin veteran Omar Bashir tahun 2019 selama protes massal. Pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, adalah wakilnya.
 
Mesir dan Uni Emirat Arab sedang mengerjakan proposal gencatan senjata untuk Sudan, kata dua sumber keamanan Mesir. 
 
Kairo adalah pendukung terpenting angkatan bersenjata Sudan, sementara Hemedti menjalin hubungan dengan kekuatan asing termasuk Uni Emirat Arab dan Rusia.
 
Dalam pidato yang disiarkan oleh televisi pemerintah Mesir pada Senin malam, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan, dia melakukan kontak rutin dengan tentara dan RSF untuk "mendorong mereka menerima gencatan senjata dan mengampuni darah rakyat Sudan".
 
Di bawah rencana transisi yang didukung secara internasional, RSF akan segera bergabung dengan tentara. Burhan menyebut RSF sebagai kelompok pemberontak dan memerintahkannya untuk dibubarkan.
 
Burhan mengatakan, dia aman di wisma kepresidenan di dalam kompleks kementerian pertahanan. Sementara itu, militer menambahkan, cakupan operasi keamanan diperluas, yang akan menyebabkan pembatasan pergerakan warga.
 
Pemimpin RSF Hemedti, yang keberadaannya sejak Sabtu tidak diketahui itu menyebut, Burhan "seorang Islam radikal yang membom warga sipil dari udara".
 
Sementara tentara lebih besar dan memiliki kekuatan udara, RSF dikerahkan secara luas di dalam lingkungan Khartoum dan kota-kota lain, sehingga tidak ada faksi yang memiliki keunggulan untuk meraih kemenangan cepat.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan