Pendukung Hizbullah di Lebanon. Foto: AFP
Pendukung Hizbullah di Lebanon. Foto: AFP

Kepala Mossad Peringatkan Hizbullah Bisa Serang Israel

Medcom • 07 Oktober 2022 17:05
Tel Aviv: Kepala Mossad David Barnea memberikan peringatan kepada kabinet keamanan Israel, yang bersidang untuk membahas kesepakatan potensial pada Kamis malam. Barnea sendiri mengatakan bahwa Hizbullah mungkin bisa saja mencoba untuk bertindak melawan Israel jika tidak tercapainya kesepakatan mengenai perbatasan lautnya dengan Lebanon.
 
Kesepakatan yang dimediasi oleh AS ini disebut sebagai hampir fait accompli atau berarti keadaan yang sudah diputuskan sebelum yang terpengaruh mendengarnya pada beberapa hari lalu dan telah mencapai beberapa batu sandungan utama.
 
Hal ini menyebabkan Perdana Menteri Israel, Yair Lapid menolak revisi terbaru oleh Lebanon, sehingga meminimalkan kemungkinan resolusi sebelum pemilihan 1 November. Sebelumnya pada hari Kamis, Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz telah memerintahkan IDF (Israel Defence Force) untuk bersikap waspada jika situasi di perbatasan utara negara itu meningkat.

Namun, berbagai kesalahan pun terjadi. Menurut pejabat tinggi Israel yang tidak disebutkan namanya, Israel puas dengan draf akhir yang diajukan oleh mediator AS, Amos Hochstein, dan menyatakan dengan jelas kepada kepemimpinan Lebanon bahwa pihak Israel tidak akan berkompromi dengan tuntutan tambahan.
 
Pada Kamis pagi, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan bahwa kesepakatan yang akan ‘mencegah perang yang pasti di wilayah tersebut’ itu hampir ditandatangani olehnya. Namun, tim negosiasi Lebanon berkeinginan untuk mengubah rancangan tersebut dan mengubah dua poin yang dianggap Israel sebagai garis merah.
 
Poin pertama, mengakui garis pelampung berlabuh yang telah dibentangkan Israel ke laut setelah penarikannya dari Lebanon pada tahun 2000. Garis ini akan dianggap sebagai perbatasan resmi yang akan mengakhiri semua sengketa wilayah di masa depan.
 
Menurut laporan, Lebanon sendiri ingin garis ini ditandai sebagai ‘perbatasan de facto’ yang berpotensi memiliki implikasi hukum besar pada negosiasi atau tuntutan lebih lanjut.
 
Poin kedua menyangkut sebagian royalti yang seharusnya diterima Israel jika dan ketika gas ditemukan di Prospek Qana, di pihak Lebanon. Royalti ini dimaksudkan untuk ditransfer ke Israel melalui TotalEnergies.
 
TotalEnergies sendiri adalah perusahaan yang akan mengoperasikan perlengkapan rig milik Lebanon, sebagai bagian dari kesepakatan. Namun, Lebanon menolak ketentuan ini.
 
Di sisi lain, Israel saat ini sedang bersiap untuk mengaktifkan peralatan gas Karish, yang terletak tepat di luar daerah yang diperdebatkan dan beberapa kilometer dari peralatan Lebanon potensial di ladang Qana pada masa depan.
 
Pemimpin Hizbullah Hasan Nasrallah sendiri telah mengancam berulang kali untuk menyakiti Karish, dengan organisasinya bahkan mengirim tiga drone ke peralatan pada bulan Juli, yang kemudian dicegat oleh IDF.
 
Namun, dalam beberapa hari terakhir, dia memilih nada yang lebih menenangkan dan menyebut kesepakatan itu sebagai langkah penting serta mengatakan bahwa hal itu akan membuka cakrawala baru dan menjanjikan bagi rakyat Lebanon.
 
Akan tetapi, kepala Mossad khawatir bahwa Nasrallah mungkin saja akan mencoba serangan yang penuh dengan kesombongan jika Israel mulai mengekstraksi gas dari Karish sebelum ada kesepakatan.
 
Hizbullah sendiri merupakan proksi atau wakil Iran yang kuat yang dianggap sebagai organisasi teror oleh Israel, AS, Uni Eropa dan negara-negara lain. Tidak hanya itu, mereka juga merupakan penguasa de facto Lebanon yang telah berjuang dengan ketidakstabilan politik dan krisis ekonomi besar selama bertahun-tahun.
 
“Apakah kesepakatan itu ditandatangani atau tidak, kami siap untuk mempertahankan infrastruktur dan kedaulatan kami,” ujar Menteri Pertahanan Israel, Benny Ganz pada Kamis pagi setelah laporan tentang kesalahan dalam negosiasi, seperti yang dikutip dalam laman Israel Defence, pada Jumat, 7 Oktober 2022.
 
 “Jika Hizbullah berusaha untuk menyakiti mereka, negara Lebanon dan Hizbullah akan menanggung biaya militer yang sangat berat. Kami tidak tertarik pada pertempuran, tetapi kami siap untuk itu,” tambahnya.
 
Sementara itu, sumber-sumber dari Israel mengatakan kepada media lokal bahwa pihak Lebanon bersalah karena keserakahan. Hal ini mereka simpulkan karena Lebanon mencoba untuk mendapatkan lebih banyak dari kesepakatan yang sudah bagus.
 
Sampai dengan saat ini, masih harus dilihat dalam beberapa hari mendatang apa yang akan menjadi langkah selanjutnya oleh mediator AS, Hochstein.
 
“Negosiasi berada pada tahap kritis. Namun, kami tetap berkomitmen untuk mencapai resolusi dan percaya kompromi yang awet adalah mungkin,” pungkas salah satu pejabat dari AS. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan