UEA kini dapat menjalin kerja sama dagang secara terbuka dengan Israel. Selama ini kedua negara sebenarnya sudah menjalin kerja sama, namun bersifat informal.
Dekrit terbaru semakin memperdalam perjanjian normalisasi kedua negara, yang mewajibkan Israel menghentikan rencana aneksasi sejumlah wilayah di Tepi Barat. Dekrit ini mengeliminasi aturan konstitusi tahun 1972 yang dibuat tak lama usai pembentukan negara UEA.
Aturan konstitusi tersebut juga diterapkan di beberapa negara Arab lain, yang hanya akan mengakui Israel setelah Palestina menjadi negara merdeka.
Menurut laporan kantor berita WAM, dekrit penghentian boikot dikeluarkan atas perintah Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan, penguasa Abu dhabi dan juga pemimpin Emirates.
WAM mengatakan dekrit terbaru ini memungkinkan warga dan perusahaan Israel untuk berbisnis di UEA. Warga UEA juga kini dapat dengan bebas membeli barang-barang asal Israel.
"Perilisan dekrit sesuai dengan upaya UEA untuk memperluas kerja sama diplomatik dan komersial dengan Israel," sebut laporan di WAM, seperti dilansir oleh Global News, Minggu 30 Agustus 2020.
"Selain itu, dekrit juga membuka jalan menuju peluncuran kerja sama gabungan dengan menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan mendorong inovasi teknologi," sambungnya.
Sejumlah perusahaan Israel sudah menandatangani perjanjian dengan beberapa perusahaan UEA. Namun berkat dekrit ini, peluang kerja sama dapat dikembangkan di area-area lain, seperti penerbangan, perbankan, atau finansial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News