Juru bicara badan tersebut, Mahmoud Bassal, mengungkapkan bahwa serangan Israel bertujuan untuk memindahkan penduduk dari Gaza utara dan mengosongkan daerah tersebut.
Serangan intensif ini menyasar puluhan rumah di Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun, menimbulkan dampak yang parah terhadap kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Dalam pernyataannya, Bassal menyebut situasi di Jabalia sebagai ‘pembersihan etnis dan penghancuran semua esensi kehidupan’ yang menunjukkan betapa seriusnya dampak dari serangan tersebut terhadap kehidupan warga sipil dan infrastruktur yang mendukung keberlangsungan hidup mereka.
“Jenazah puluhan syuhada masih terjebak di bawah reruntuhan akibat pengeboman Israel yang terus berlanjut di wilayah utara, yang semakin memperburuk bencana kemanusiaan di daerah ini,” kata Bassal, dilansir dari Anadolu Agency, Senin, 21 Oktober 2024.
Serangan besar oleh Israel di Gaza utara memasuki hari ke-16, di tengah pengepungan yang semakin ketat. Sejak awal Oktober 2023, konflik di Gaza telah menewaskan lebih dari 42.600 orang, sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak, serta melukai sekitar 99.800 lainnya.
Perang ini telah memaksa hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi, dengan blokade yang menyebabkan kekurangan parah terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Di tengah meningkatnya kecaman internasional, Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza. (Angel Rinella)
Baca juga: 87 Orang Tewas dalam Serangan di Gaza Utara, PBB: Tak Ada Tempat Aman
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
