"Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk mengidentifikasi dan menangkap mereka yang bertanggung jawab atas aksi terorisme ini," ucap kepala MINUSMA Mahamat Saleh Annadif.
"Saya salut kepada para pemberani yang gugur saat bertugas menjaga perdamaian di Mali," sambungnya, dilansir dari AFP.
Hingga saat ini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terbaru yang terjadi di wilayah Aguelhok tersebut.
MINUSMA terdiri dari sekitar 13 ribu personel yang berasal dari sejumlah negara. Misi PBB ini termasuk salah satu yang terberat dari sejumlah zona konflik di dunia.
Mali dilanda pemberontakan dan ekstremisme sejak 2012, yang telah menewaskan ribuan korban jiwa dari kalangan militer maupun warga sipil.
Meski adanya pasukan PBB dan juga Prancis, pemberontakan telah melanda jantung negara Mali dan juga menyebar hingga ke Burkina Faso dan Niger.
Menaruh bom rakitan di pinggir jalan merupakan taktik yang biasa digunakan ekstremis di Mali dan Sahel -- sebutan untuk zona transisi di benua Afrika.
Bom rakitan atau IED telah menewaskan dan menyebabkan cacat permanen ratusan korban pada setiap tahunnya di Mali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News