“Para tentara tersebut menjadi sasaran menggunakan alat peledak rakitan dan kendaraan kamikaze oleh lebih dari seratus teroris,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi, seperti dikutip AFP, Selasa 3 Oktober 2023.
“Dua tentara terluka parah dan belasan teroris juga tewas,” imbuh pihak Kemenhan Niger.
Serangan itu terjadi di dekat perbatasan negara itu dengan Mali. Kementerian mengatakan, insiden terjadi selama operasi militer yang bertujuan untuk menetralisir ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS di wilayah tersebut.
“Komunikasi dari para teroris, yang terpaksa mundur, telah disadap”, kata kementerian tersebut, seraya menambahkan bahwa para penyerang “mendapatkan keuntungan dari keahlian luar”, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Pemberontakan militan telah melanda wilayah Sahel di Afrika selama lebih dari satu dekade. Kemudian pecah di Mali utara pada tahun 2012 sebelum menyebar ke negara tetangga Niger dan Burkina Faso pada 2015.
Daerah “tiga perbatasan” antara Niger, Mali dan Burkina Faso sering menjadi lokasi serangan militan yang berafiliasi dengan kelompok ISIS dan Al-Qaeda.
Kekerasan tersebut telah memicu pengambilalihan kekuasaan oleh militer di ketiga negara tersebut, dengan Niger menjadi negara terakhir yang melakukan kudeta pada 26 Juli yang menggulingkan Mohamed Bazoum, presiden yang terpilih secara demokratis.
Pada Agustus, setidaknya 17 tentara Niger tewas dan 20 lainnya luka-luka dalam serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok jihad di dekat perbatasan antara Niger dan Burkina Faso.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News