Presiden Taiwan Tsai Ing Wen tegaskan tidak tunduk kepada Tiongkok. Foto: AFP
Presiden Taiwan Tsai Ing Wen tegaskan tidak tunduk kepada Tiongkok. Foto: AFP

Konflik Tiongkok-Taiwan Kapan Akan Berakhir?

Harianty • 11 Oktober 2021 09:08
Jakarta: Hubungan antara Tiongkok dan Taiwan sampai saat ini belum mencapai titik dimana konfontrasi akan berakhir. Bahkan belakangan ini semakin memanas setelah sekitar 150 pesawat militer Tiongkok terbang ke zona pertahanan udara Taiwan.
 
Tiongkok menganggap Taiwan sebagai provinsi terpisah yang sewaktu-waktu dapat diambil. Sementara itu, Taiwan menganggap pulau kecil mereka sebagai sebuah negara independen, bukan bagian dari Tiongkok. Selama ini, Taiwan hidup di bawah ancaman invasi terus menerus oleh Tiongkok. Tiongkok kerap kali menunjukkan kekuatan militernya di wilayah Taiwan.
 
Sekitar 150 pesawat militer Tiongkok terbang ke zona pertahanan udara Taiwan pada Senin, 4 Oktober 2021. Menurut Kementerian Pertahanan Taiwan, mulai Jumat, Tiongkok menerbangkan 38 pesawat di dekat Taiwan barat daya. Tiongkok kemudian menerbangkan 39 pesawat lagi pada Sabtu dan 16 pada hari berikutnya.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memperingatkan, bahwa kegagalan membela Taiwan akan menjadi "bencana" bagi pulau itu dan wilayah yang lebih luas dalam sebuah artikel yang dia tulis untuk Foreign Affairs yang diterbitkan pada Selasa.
 
"Mereka harus ingat bahwa jika Taiwan jatuh, konsekuensinya akan menjadi bencana besar bagi perdamaian regional dan sistem aliansi demokrasi," kata Tsai kepada Foreign Affairs, yang dikutip Channel News Asia, Rabu 6 Oktober 2021.
 
Tsai pada Senin telah mendesak Beijing untuk menghentikan "tindakan provokatif yang tidak bertanggung jawab" setelah rekor 56 jet Negeri Tirai Bambu termasuk pengebom berkemampuan nuklir menyeberang ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
 
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, juga telah menegaskan bahwa pihaknya siap untuk menghalau potensi serangan dari Tiongkok.
 
"Pertahanan Taiwan ada di tangan kami sendiri, dan kami benar-benar berkomitmen untuk itu,” ucap Wu kepada Stan Grant dari ABC pada Senin, 4 Oktober 2021.
 
Dalam dua tahun terakhir Beijing telah mulai mengirim serangan mendadak besar-besaran ke zona pertahanan Taiwan. Beijing meningkatkan tekanan pada pemerintah Tsai Ing-wen sejak ia berkuasa pada 2016,  dan menolak pendirian bahwa Taiwan adalah bagian dari "satu China".
 
Presiden Tsai Ing-wen baru-baru ini mengatakan bahwa Taiwan tidak mencari konfrontasi militer dengan siapapun. Hal tersebut berlaku juga kepada Tiongkok. Walau demikian, Tsai menegaskan akan melakukan apapun untuk mempertahankan kedaulatan dan kebebasan negaranya.
 
"Taiwan berharap hidup berdampingan secara damai, stabil, dan saling menguntungkan dengan tetangga. Namun, kami akan melakukan apapun untuk mempertahankan kebebasan dan cara hidup demokrasinya," kata Tsai, dilansir dari Malay Mail, Jumat, 8 Oktober 2021.
 
Sementara itu, Seperti dikutip dari CNN pada 6 Oktober 2021, Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, di hadapan parlemen, mengatakan bahwa Tiongkok punya kemampuan untuk menginvasi Taiwan sekarang ini. Namun, Tiongkok baru bisa melakukan invasi "skala penuh" pada 2025.
 
Chiu juga menyebutkan bahwa situasi dengan Tiongkok "merupakan yang paling serius" dalam 40 tahun sejak ia bergabung dengan militer.
 
Di tengah peningkatan provokasi Tiongkok, beberapa negara yang walau tidak menjalin hubungan diplomatik resmi, menunjukkan dukungannnya kepada Taiwan. Salah satunya adalah Amerika.
 
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan menyampaikan komentarnya setelah Tiongkok mengirimkan ratusan jet militer ke zona pertahanan udara Taiwan.
 
"Kami akan berdiri dan berbicara, baik secara pribadi maupun publik saat melihat ada aktivitas yang membuat kawasan tidak stabil," kata Sullivan, dilansir dari BBC, Jumat, 8 Oktober 2021.
 
Selain Amerika, ada juga Inggris dan Jepang yang turut membela Taiwan, namun Berbeda dengan Inggris dan AS, Jepang sangat jarang memperlihatkan posisinya terkait konflik antara  Tiongkok dan Taiwan selama ini.
 
Bagaimana dengan Indonesia? Sejak dulu, Indonesia selalu menegaskan tidak memiliki sejarah keberpihakan terhadap blok tertentu, tentu saja hal ini berlaku dalam ketegangan Tiongkok - Taiwan.
 
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah tahun lalu pernah mengatakan, “Kebijakan luar negeri Indonesia didasarkan pada kepentingan nasional dan Indonesia tidak mempunyai tradisi menjadi bagian dari keberpihakan pada satu kelompok tertentu."
 
Oleh karena itu, Indonesia dipastikan tidak akan mengambil langkah yang akan menguntungkan pihak manapun. Indonesia mengutamakan dialog perdamaian, tentu saja semua pihak hendaknya dapat menahan diri, mencegah munculnya situasi yang dapat memicu peperangan.
 
Ketegangan ini tidak akan berakhir dalam waktu dekat karena Tiongkok akan terus berupaya mengambil alih Taiwan, dan Taiwan pun akan terus mempertahakankan kedaulatannya. Harapan besar agar Tiongkok dapat menghentikan segala tindakan provokasi yang mengganggu stabilitas wilayah.
 
Bahkan, Tsai Ying-Wen telah menegaskan, kesejahteraan dapat tercapai di kawasan Indo-Pasifik dengan lingkungan yang damai, stabil, dan transparan. Taiwan juga akan bekerja sama dengan negara di kawasan lainnya untuk memastikan stabilitas itu tercapai.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan