Presiden Terpilih Indonesia Prabowo Subianto saat debat. Foto: Medcom.id
Presiden Terpilih Indonesia Prabowo Subianto saat debat. Foto: Medcom.id

Pandangan Tiongkok Terhadap Pemilu yang Berlangsung di Indonesia

Harianty • 22 Maret 2024 08:23
Pada 14 Februari lalu, lebih dari 200 juta pemilih mendatangi lebih dari 820.000 tempat pemungutan suara (TPS) di Indonesia untuk memilih presiden baru.
 
Pemilihan umum (Pemilu) Indonesia disebut sebagai ‘Pemilu satu hari terbesar di dunia’ karena tidak hanya memilih presiden dan wakil presiden, namun juga perwakilan parlemen dan daerah. Terdapat lebih dari 204 juta pemilih yang berhak mengikuti pemilu kali ini.
 
Hampir sebulan telah berlalu sejak pemilu. Beberapa lembaga penghitungan cepat (Quick Count) mulai mempublikasikan hasil penghitungan suara sejak hari pemilu dan menunjukkan keunggulan besar antara pasangan calon presiden nomor 2, Prabowo Subianto, dan Gibran Rakabuming Raka.

Hingga 15 Maret, dengan hampir 100 persen suara masuk, calon nomor urut 2 yang memperoleh lebih dari 58 persensuara, sedangkan pasangan nomor urut 1 Anies dan Cak Imin memperoleh lebih dari 24 persen suara. sedangkan nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD hanya memperoleh lebih dari 16 persen suara.
 
Media Tiongkok juga sudah meyakini bahwa pemenang pemilu 2024 ini adalah pasangan Prabowo, dan Gibran, bahkan pada 18 Februari 2024 atau hari ke-9 setelah Tahun Baru Imlek, Dubes Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang mengunjungi kediaman Ketua Partai Gerindra sekaligus Menhan RI Prabowo Subianto di Kertanegara, Jakarta Selatan. Lu Kang menyampaikan ucapan selamat kepada Prabowo yang telah meraih suara terbanyak dalam hitung cepat atau quick count.
 
Setelah memenangkan pemilu, Prabowo dan timnya akan dengan penuh semangat mempromosikan kebijakan dalam dan luar negeri Presiden Joko Widodo saat ini, dan hubungan Tiongkok-Indonesia akan memasuki babak baru.
 
Jubir Kemenlu Tiongkok menyatakan bahwa Tiongkok ingin terus menjalin kerja sama dengan Indonesia untuk membangun hubungan yang dilandasi rasa saling percaya.
 
Tiongkok menyebut Indonesia sebagai tetangga dekatnya, dan mereka senang pemilu di Indonesia berjalan lancar. Selama ini Tiongkok terus menjaga hubungan baik dengan Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara juga mempertahankan momentum yang kuat, serta membuka lembaran baru untuk pembangunan komunitas dengan masa depan bersama.
 
Jubir Kemenlu Tiongkok juga menyatakan bahwa dalam jangka panjang, Tiongkok akan terus memperdalam kerja sama strategis secara keseluruhan dan mendorong hubungan Tiongkok-Indonesia yang sehat dan stabil, dengan tema membangun komunitas dengan masa depan bersama untuk menciptakan manfaat bagi rakyat kedua negara.


Kemenangan Prabowo di mata media Tiongkok

Media Tiongkok melaporkan, statistik penghitungan suara cepat dari berbagai lembaga survei di Indonesia menunjukkan bahwa Prabowo dan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) serta Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka memperoleh lebih dari 58 persen suara dan memenangkan pemilihan presiden dan wakil presiden.
 
Beberapa hasil penghitungan suara cepat menunjukkan bahwa Prabowo memperoleh lebih dari 61,5 persen suara. Ini adalah kejadian langka di Indonesia sejak pemilihan presiden langsung pada tahun 2004 dimana seorang calon presiden memperoleh lebih dari 60 persen suara pada pemilu putaran pertama.
 
Kemenangan Prabowo bukan suatu kebetulan, yang utama adalah ia memang kuat dan mendapat dukungan penuh dari Presiden Jokowi.
 
Di satu sisi, Prabowo punya modal politik yang kuat. Dibandingkan dengan dua kandidat lainnya, belum lagi kekayaan Prabowo yang besar, modal politik dan riwayat hidup yang dimilikinya saja sudah mampu mengalahkan lawan-lawannya. Tak hanya banyak jabatan penting di Angkatan Darat yang dijabatnya pada masa Soeharto, ia juga merupakan menantu Presiden Soeharto.
 
Sejak tahun 2009, Prabowo telah empat kali berturut-turut mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden. Ia tidak hanya berpasangan dengan lawan politiknya saat ini, Ketua Umum Partai Demokrat Perjuangan, untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden, tetapi ia juga berhadapan dengan Presiden Jokowi saat ini dua kali, dan setelah kalah dalam pemilu, ia langsung menentang Jokowi dan menjadi oposisi yang kuat pada tahun 2014.
 
Usai pemilu 2019, tiba-tiba Prabowo menerima “jabatan”dari Presiden Jokowi dan masuk kabinet sebagai menteri pertahanan. Kini tampaknya Prabowo sedang merencanakan pertandingan besar untuk pemilu hari ini. Pengalaman dramatis tersebut menjadi modal politik Prabowo yang kaya. Tanpa calon yang punya daya tarik dan kekuatan mutlak, mungkin sulit mengalahkan Prabowo.
 
Di sisi lain, kuatnya dukungan terhadap Jokowi membuat Prabowo semakin perkasa. Sebagai presiden saat ini dengan tingkat persetujuan sebesar 80 persen, sikap Jokowi terhadap calon presiden pasti akan sangat mempengaruhi hasil pemilu.
 
Kemenangan Prabowo tidak lepas dari dukungan terhadap Jokowi, sebagian pemilih yang semula tidak mendukung Prabowo akhirnya beralih ke Prabowo karena Jokowi mendukung Prabowo. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa Prabowo mampu menang dalam satu putaran.
 
Pada saat yang sama, keputusan Jokowi untuk memasangkan putranya dengan Prabowo sebagai calon wakil presiden juga merupakan langkah yang direncanakan dengan matang, karena tidak hanya ide kebijakan Joko yang akan diteruskan, tetapi yang lebih penting, Prabowo akan mampu. Dengan keunggulan pemuda Gibran, ia mampu meraih dukungan lebih dari 56,5 persen pemilih muda Generasi Z dan Generasi Y.
 
Perlu diketahui, menyelenggarakan pemilu pada pertengahan Februari juga tampaknya merupakan waktu yang tepat bagi Prabowo. Sejak awal tahun ini, situasi politik dalam negeri Indonesia telah berubah, dan penolakan dalam negeri terhadap Prabowo dan Jokowi semakin keras. Misalnya, ada yang menghebohkan isu pencalonan calon wakil presiden Gibran, dan ada pula yang menggelar demonstrasi anti-Jokowi untuk mengkritik dan menentang kombinasi Prabowo.


Hubungan Tiongkok-Indonesia masuki babak baru

Diperkirakan, Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo kemungkinan besar akan melanjutkan politik dalam dan luar negeri era Jokowi. Secara internal, Tiongkok akan terus memprioritaskan pembangunan ekonomi, secara eksternal Tiongkok akan terus menjaga hubungan persahabatan dan kerja sama dengan negara-negara di seluruh dunia, dan akan berpegang pada kebijakan luar negeri yang bebas dan positif.
 
Hal ini juga berarti bahwa ke depan, Indonesia akan tetap berpegang pada sikap diplomatis untuk tidak memihak dalam hubungan negara besar dan giat mendorong perkembangan hubungan Tiongkok-Indonesia. Hubungan Tiongkok-Indonesia diperkirakan akan melanjutkan tren perkembangan positif di era Jokowi.
 
Namun hubungan Tiongkok-Indonesia di era Prabowo berbeda dengan di era Jokowi. Pertama, situasi dalam negeri yang akan dihadapi Prabowo dalam lima tahun ke depan sangat berbeda dengan situasi yang dihadapi Jokowi pada masa jabatan keduanya. Setelah Jokowi berkuasa pada tahun 2019, terdapat persatuan dan keharmonisan di antara kedua negara, baik di pemerintahan maupun di dewan perwakilan. Justru karena itulah Jokowi dapat melanjutkan hubungan baik di dalam maupun luar negeri.
 
Namun kini Prabowo akan menghadapi situasi internal dan eksternal yang lebih kompleks. Tidak hanya kekuatan penentang Prabowo dan Jokowi yang tidak akan berhenti, Amerika Serikat dan negara-negara Barat juga dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan campur tangan mereka dalam urusan dalam dan luar negeri Indonesia.
 
Dalam lima tahun ke depan, situasi geopolitik global akan semakin rumit. Bagaimana Indonesia, sebagai kekuatan regional, menyikapi krisis ini, khususnya bagaimana menangani hubungannya dengan negara-negara besar dengan baik dalam menyikapi perubahan-perubahan tersebut, sangat penting dan menjadi ujian bagi Prabowo.
 
Cara merespons krisis dan perubahan, menjaga perdamaian dan stabilitas regional, menjamin keamanan rantai industri dan pasokan, serta mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan juga merupakan peluang kerja sama yang dihadapi Tiongkok dan Indonesia.
 
Untuk mencapai tujuan ini, Tiongkok dan Indonesia perlu lebih memperkuat koordinasi strategis di masa depan, memperdalam komunikasi dan dialog mengenai isu-isu penting yang melibatkan kepentingan kedua negara dan kawasan, memperkuat kerja sama, menangani perselisihan regional, menjaga perdamaian dan stabilitas regional, mendorong kerja sama ekonomi dan kemakmuran kawasan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan