Warga Gaza selamatkan diri dari serangan Israel. Foto: AFP
Warga Gaza selamatkan diri dari serangan Israel. Foto: AFP

Gencatan Senjata dan Rasa Kemanusiaan yang Telah Mati

Marcheilla Ariesta • 07 November 2023 13:36
Tepat sebulan lalu roket Hamas menghantam Israel, disusul dengan serangan balasan yang masih terjadi hingga kini. Lebih dari 10 ribu nyawa melayang, kebanyakan warga sipil tak berdosa.
 
Anak-anak dan perempuan, tewas dalam serangan yang tidak pernah terbayangkan. Hingga kini, serangan terus dilancarkan.
 
Bantuan terputus, akses pada kesehatan terpaksa terhenti karena tidak diizinkannya bahan bakar masuk. Selain itu, krisis air dan kebutuhan lainnya perlahan membuat warga Gaza tersiksa.

Sebulan sudah berlalu, namun belum ada solusi untuk perang ini. Ketidaksepakatan negara adidaya menghentikan konflik menjadi kendala, padahal setiap menitnya ada nyawa yang meregang.
 
Mereka yang menggaungkan hak asasi manusia nyatanya tidak benar-benar memikirkannya dan hanya menjadi omongan di mulut belaka. Padahal sudah ribuan jiwa tak bernyawa akibat serangan balasan Israel tersebut.
 
Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, seakan diam tak bergeming. Malahan membantu Israel ‘menyerang warga sipil’.
 
Mereka yang biasanya berkoar tentang HAM bungkam. Padahal biasanya paling aktif mengomentari HAM di negara lain. Tapi kali ini, mereka diam melihat ribuan nyawa melayang.
 
Desakan gencatan senjata tak dihiraukan, bantuan kemanusiaan pun diberikan dengan pembatasan. Sepertinya keinginan menang perang lebih besar daripada menyelamatkan nyawa generasi penerus dunia.
 
Meskipun bantuan kemanusiaan sudah masuk, jika gencatan senjata tak berlaku, tidak tenang kehidupan anak-anak Gaza. Miris melihat mereka yang masih sangat kecil, seakan siap mati, menuliskan nama di bagian tubuh mereka agar dapat dikenali jika suatu saat mereka terkena bom.
 
Memang kita harus berpihak dalam kasus ini, membiarkan ambisi untuk menang terus tumbuh atau memilih kemanusiaan. Saya jelas kemanusiaan, terlepas dari apa yang awalnya terjadi, namun korban warga sipil tidak bisa dibenarkan.
 
Seruan 120 negara di dunia tidak diindahkan, hanya dengan anggapan, “Jika kita (Israel) melakukan gencatan senjata, maka kami akan membiarkan Hamas menang.”
 
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan tidak mendengarkan seruan dari dalam negerinya untuk menghentikan kekerasan. Padahal, masih banyak orang Israel dan Yahudi yang peduli pada nyawa masyarakat Palestina dan ingin agar eskalasi ini berhenti.
 
Demonstrasi kemanusiaan di berbagai negara tak diindahkan, seakan mereka menutup mata dan telinga atas seruan itu.
 
Sementara itu, terenyuh hati mendengar puisi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam aksi Bela Palestina di Jakarta akhir pekan lalu. Sekali lagi, ini bukan masalah agama, namun rasa kemanusiaan yang harusnya dijunjung tinggi.
 
“Aku dan Indonesiaku akan terus berada bersamamu saudara Palestinaku, sampai enyah penjajah dari rumahmu,” berikut sepenggal kalimat dari puisi yang ditulis Menlu Retno, yang memiliki makna dalam.
 
Ya, terlepas dari apapun agama, ras dan suku kita, rasa kemanusiaan tidak boleh hilang. Bantuan kemanusiaan sudah diberikan, namun rasa kemanusiaan harus terus dipertahankan sampai gencatan senjata terjadi, sampai nyawa tak lagi pergi sia-sia karena perang. Jangan netral!
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan