Mantan Sekjen PBB Kofi Annan (Foto: AFP).
Mantan Sekjen PBB Kofi Annan (Foto: AFP).

Para Pemimpin Harus Menjawab Pertanyaan Sulit di Tahun 2017

Arpan Rahman • 06 Januari 2017 19:11
medcom.id, London: Para pemimpin harus menjauhi dinding dan pagar. Mereka perlu menempuh pendekatan etis untuk para pengungsi. Nasihat itu dikemukakan oleh mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Kofi Annan.
 
Selain urusan pengungsi, Annan angkat suara menyoroti sejumlah masalah dunia. Berikut, pandangan Kofi Annan, seperti disitat Metrotvnews.com, dari Newsweek, Rabu (4/1/2017):  
 
"Tahun baru ini akan ditandai dengan perubahan dan pergolakan di seluruh dunia, termasuk kepemimpinan baru di Amerika Serikat (AS), dan pemilu di Prancis, Jerman, Iran, dan India. Apa pun hasilnya, saat ini menjadi kesempatan untuk mengajukan dengan jelas, pertanyaan jujur tentang diri kita dan dunia kita.
 
Sudahkah kita berbuat yang terbaik demi mencegah penderitaan? Apakah kita menempatkan sesuatu lebih baik ketimbang kepentingan kita sendiri? Apa kita telah memilih kata-kata secara hati-hati, dengan memperhatikan dampaknya terhadap orang-orang yang mendengarkan?
 
Saya akan merenungkan pertanyaan tersebut dengan sesama mitra The Elders -- para pemimpin independen dunia yang berusaha memperbaiki dunia secara keseluruhan --- seperti yang kami tandai dalam ulang tahun kesepuluh organisasi kami pada 2017. 
 
Sebagai Para Sesepuh (The Elders), kami akan dipandu prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh pendiri kami Nelson Mandela: bekerja untuk perdamaian dan hak asasi manusia tanpa rasa takut atau mendukung dan memberi suara kepada yang tidak bersuara.
 
Pada 2016, kami bekerja demi menunjukkan solidaritas dengan para pengungsi dan imigran, dan untuk mengatasi akar penyebab konflik yang memaksa begitu banyak dari mereka harus meninggalkan rumah mereka. Saya merasa tersanjung mendengar pengungsi di Berlin memberitahu saya bagaimana mereka menderita dalam penerbangan mereka, tetapi bertekad untuk membangun kehidupan baru bagi mereka dan keluarga. 
 
Saya juga terkesan dengan mendalamnya keterlibatan sipil dan kemauan baik yang ditunjukkan oleh para relawan Jerman, banyak dari mereka anak-anak muda, dan saya yakin semangat ini akan berlanjut pada 2017 dalam menghadapi kekejaman teroris terbaru.
 
Kami juga meluncurkan inisiatif baru guna mendukung cakupan kesehatan universal, demi memastikan bahwa jutaan orang dapat mengakses layanan kesehatan penting yang mereka butuhkan tanpa menderita kesulitan keuangan.
 
Dari perubahan iklim dan agenda pembangunan berkelanjutan yang lebih luas, untuk mendukung perdamaian dan rekonsiliasi dari Kolumbia sampai Burundi, The Elders telah bekerja keras pada 2016 buat menyokong etika kepemimpinan -- kebutuhan yang sama akutnya sekarang seperti tatkala organisasi ini didirikan.
 
Di manapun juga, kebutuhan akan kepemimpinan etis lebih besar daripada di Suriah. Perang yang berlanjut tentu saja menyakitkan, dengan jatuhnya Aleppo, dan kebrutalan tak henti-hentinya kelompok militan Islamic State (ISIS). Meskipun upaya tak kenal lelah dari Utusan Khusus PBB Staffan de Mistura, masyarakat internasional dan khususnya Dewan Keamanan PBB tetap tidak bisa mencapai posisi bersatu mendukung perdamaian.
 
Pada Januari, seperti dalam enam tahun terakhir, Suriah adalah medan perang di mana kekuatan asing hadir langsung dan membiayai para pejuang terutama demi tujuan politik mereka sendiri. Sementara teriakan orang-orang-tersiksa Suriah, yang digas, dibom, dan dipaksa ke pengasingan -- lenyap tanpa bekas.
 
Para pengungsi Suriah, dan jutaan orang lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang, penindasan, kemiskinan atau perubahan iklim, menghadapi penerimaan yang semakin ketat. Suasana hati publik yang berlaku di negara-negara makmur Barat bukanlah salah satu dari kasih sayang, melainkan kecurigaan, kebencian, dan rasisme yang sering terang-terangan.
 
Nilai-nilai universal hak asasi manusia, kebebasan dari penyiksaan, dan kebebasan berekspresi jadi terancam manakala wacana publik ternyata diracuni, dan rasisme serta kebencian terhadap wanita dilegitimasi oleh kalangan politisi terkemuka.
 
Lebih dari satu abad yang lalu, selagi Perang Dunia Pertama berkobar, novelis Amerika Henry James menulis: "perang telah menggunakan kata-kata ... yang sudah lebih dari terlalu melelahkan dan kejam, dan kita sekarang dihadapkan dengan turunnya nilai dari semua persyaratan kita."
 
Sekarang ini, dalam era digital berupa komunikasi instan dan penyiaran global, kata-kata bisa berlimpah, tetapi semua warga negara dan khususnya mereka yang berkecimpung dalam kehidupan masyarakat memiliki tanggung jawab berat untuk mengekspresikan diri mereka dengan hati-hati dan bermartabat.
 
Bahasa perang dapat diucapkan tanpa belas kasihan: "kerusakan kolateral" (“collateral damage”), "serangan bedah" (“surgical strike”), "interogasi yang ditingkatkan" ("enhanced interrogation"). Tapi juga bisa bahasa sinis yang dipakai dalam pemilu, ketika para imigran menjadi "segerombolan", serta dinding, anjing dan pagar digantikan oleh kata-kata "interogasi yang ditingkatkan" sebagai solusi sesaat untuk masalah-masalah global yang kompleks.
 
Inilah mengapa Nelson Mandela mendesak The Elders untuk "berbicara kebenaran kepada penguasa." Dunia kita akan menghadapi pilihan sulit di tahun 2017. Masyarakat layak menerima penjelasan jujur dan jawaban dari para pemimpin mereka, bukan pengaburan yang diberikan dengan itikad buruk. Sebagai Para Sesepuh, kami berjanji mau berbicara dengan jelas dan berani demi membantu memajukan kepentingan kemanusiaan kita semua," pungkas mantan Sekjen PBB.
 
Kofi Annan kini ketua The Elders, grup mantan para pemimpin independen dunia yang didirikan Nelson Mandela pada 2007. Mereka bekerja mendukung perdamaian dan hak asasi manusia, berbicara kebenaran kepada kekuasaan dan memberikan suara kepada yang tak bersuara.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan