Perang Vietnam adalah konflik militer yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan pasukan sekutu mereka dengan Republik Rakyat Demokratik Vietnam (Vietnam Utara) serta Tentara Pembebasan Rakyat Vietnam (Vietcong) yang beroperasi di Vietnam Selatan. Perang ini menyisakan duka mendalam bagi rakyat Vietnam, karena penggunaan "unsur oranye" (agent orange) oleh pasukan AS, yang dampaknya masih dirasakan sampai saat ini.
Perang ini terjadi dari 1955 hingga 1975 dan merupakan bagian dari Perang Dingin antara blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Ketegangan di Vietnam bermula dari perpecahan negara tersebut menjadi dua bagian setelah Perang Indochina Pertama (1946-1954) antara pasukan Prancis dan gerilyawan Vietnam di bawah pimpinan Ho Chi Minh. Akibat perjanjian di Konferensi Jenewa tahun 1954, Vietnam terbagi menjadi Vietnam Utara yang berideologi komunis dan Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat.
AS mendukung pemerintahan di Vietnam Selatan, dan mulai terlibat secara lebih aktif pada awal 1960-an. Mereka menyediakan dukungan militer, ekonomi, dan penasihat militer kepada pemerintahan Vietnam Selatan. Namun, situasi semakin memanas seiring eskalasi konflik dan perang gerilya yang dilancarkan oleh pasukan Vietcong yang beroperasi di Vietnam Selatan.
Pada tahun 1973, AS menarik mayoritas pasukannya dari Vietnam sebagai bagian dari perjanjian damai Paris. Namun, pertempuran berlanjut antara pemerintah Vietnam Selatan yang didukung Amerika dengan pasukan Vietnam Utara.
Pada tahun 1975, pasukan Vietnam Utara berhasil merebut Saigon, ibu kota Vietnam Selatan, dan perang resmi berakhir. Vietnam bersatu menjadi Republik Sosialis Vietnam di bawah pemerintahan komunis.
Perang Vietnam memiliki dampak besar, ribuan nyawa melayang dan banyak infrastruktur hancur akibat perang ini. Dan yang memperparah kondisi ini adalah penggunaan "unsur oranye" oleh pasukan AS, yang membuat "unsur oranye" sangat kontroversial adalah kandungan zat kimia beracun yang terkandung di dalamnya, terutama dioksin.
Dioksin adalah senyawa yang sangat beracun dan dapat memiliki dampak serius pada manusia dan lingkungan. Selama penggunaan "unsur oranye", banyak wilayah di Vietnam terpapar Dioksin, baik melalui penyemprotan langsung maupun melalui kontaminasi tanah dan air.
Dampak jangka panjang dari paparan Dioksin ini sangat merugikan, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada manusia, termasuk kanker, kerusakan genetik,dan masalah kesehatan kronis lainnya. Selain itu, ekosistem dan sumber daya alam juga rusak akibat penggunaan herbisida ini.
Palang Merah Vietnam melaporkan bahwa 400.000 orang terbunuh atau cacat, dan 1 juta orang lainnya menderita berbagai masalah kesehatan. Paparan dioksin dari Agent Orange juga memiliki dampak berkepanjangan pada generasi-generasi berikutnya. Akibat pencemaran air dan tanah, sekitar 500.000 anak lahir dengan cacat.
Pada tahun 1984, Amerika Serikat setuju untuk membayar sejumlah kompensasi kepada korban "unsur oranye" di Vietnam, tetapi dampak kesehatan dan lingkungan yang terus berlanjut tetap menjadi isu yang kompleks dan kontroversial.
Pada 9 Agustus 2012, AS dan Vietnam meluncurkan operasi bersama untuk membersihkan bahaya dioksin, namun efeknya terbatas. Dioksin dapat bertahan di tanah, dasar danau, dan dasar sungai selama beberapa generasi, dan bersirkulasi dalam rantai makanan. Sebelumnya pada tahun 2010, PBB meluncurkan proyek senilai US$ 5 juta di Vietnam untuk membersihkan zat beracun dioksin, fokus dari proyek ini pembersihan di bandara Bien Hoa Minh di ibukota Ho Chi Minh.
Dampak buruk dari "unsur oranye" ini menjadi isu kontroversial dan menimbulkan kemarahan di Vietnam dan di seluruh dunia.
Banyak aktivis dan kelompok hak asasi manusia menganggap penggunaan "unsur oranye" sebagai kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia.
Tim medcom.id sempat menyaksikan sendiri foto-foto korban dari "unsur oranye", sangat miris, banyak yang terlahir cacat, rakyat yang tidak bersalah menanggung semua akibat dari perang. Foto-foto ini tidak dirilis, hanya bisa dilihat di Museum Sisa Perang (War Remnant Museum) yang berlokasi di kota Ho Chi Minh.
Sebenarnya koleksi yang ditampilkan di museum ini akan membuat sebagian pihak menilai bahwa AS sangat kejam dan semua adalah kesalahan AS, tanpa memperlihatkan kekejaman yang dilakukan oleh Vietnam Utara ketika perang berlangsung.
Namun, sekali lagi, tidak ada satu orang pun yang menginginkan perang, tidak ada pihak yang diuntungkan dalam sebuah peperangan. Apabila dikaitkan dengan perang antara Ukraina dan Rusia yang berlangsung saat ini, perang hanya akan membawa banyak korban nyawa dari kedua belah pihak, pihak yang tidak terlibat perang pun kena dampaknya secara tidak langsung.
Perang ini terjadi dari 1955 hingga 1975 dan merupakan bagian dari Perang Dingin antara blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Ketegangan di Vietnam bermula dari perpecahan negara tersebut menjadi dua bagian setelah Perang Indochina Pertama (1946-1954) antara pasukan Prancis dan gerilyawan Vietnam di bawah pimpinan Ho Chi Minh. Akibat perjanjian di Konferensi Jenewa tahun 1954, Vietnam terbagi menjadi Vietnam Utara yang berideologi komunis dan Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat.
AS mendukung pemerintahan di Vietnam Selatan, dan mulai terlibat secara lebih aktif pada awal 1960-an. Mereka menyediakan dukungan militer, ekonomi, dan penasihat militer kepada pemerintahan Vietnam Selatan. Namun, situasi semakin memanas seiring eskalasi konflik dan perang gerilya yang dilancarkan oleh pasukan Vietcong yang beroperasi di Vietnam Selatan.
Pada tahun 1973, AS menarik mayoritas pasukannya dari Vietnam sebagai bagian dari perjanjian damai Paris. Namun, pertempuran berlanjut antara pemerintah Vietnam Selatan yang didukung Amerika dengan pasukan Vietnam Utara.
Pada tahun 1975, pasukan Vietnam Utara berhasil merebut Saigon, ibu kota Vietnam Selatan, dan perang resmi berakhir. Vietnam bersatu menjadi Republik Sosialis Vietnam di bawah pemerintahan komunis.
Perang Vietnam memiliki dampak besar, ribuan nyawa melayang dan banyak infrastruktur hancur akibat perang ini. Dan yang memperparah kondisi ini adalah penggunaan "unsur oranye" oleh pasukan AS, yang membuat "unsur oranye" sangat kontroversial adalah kandungan zat kimia beracun yang terkandung di dalamnya, terutama dioksin.
Dioksin adalah senyawa yang sangat beracun dan dapat memiliki dampak serius pada manusia dan lingkungan. Selama penggunaan "unsur oranye", banyak wilayah di Vietnam terpapar Dioksin, baik melalui penyemprotan langsung maupun melalui kontaminasi tanah dan air.
Dampak jangka panjang dari paparan Dioksin ini sangat merugikan, karena dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada manusia, termasuk kanker, kerusakan genetik,dan masalah kesehatan kronis lainnya. Selain itu, ekosistem dan sumber daya alam juga rusak akibat penggunaan herbisida ini.
Palang Merah Vietnam melaporkan bahwa 400.000 orang terbunuh atau cacat, dan 1 juta orang lainnya menderita berbagai masalah kesehatan. Paparan dioksin dari Agent Orange juga memiliki dampak berkepanjangan pada generasi-generasi berikutnya. Akibat pencemaran air dan tanah, sekitar 500.000 anak lahir dengan cacat.
Pada tahun 1984, Amerika Serikat setuju untuk membayar sejumlah kompensasi kepada korban "unsur oranye" di Vietnam, tetapi dampak kesehatan dan lingkungan yang terus berlanjut tetap menjadi isu yang kompleks dan kontroversial.
Pada 9 Agustus 2012, AS dan Vietnam meluncurkan operasi bersama untuk membersihkan bahaya dioksin, namun efeknya terbatas. Dioksin dapat bertahan di tanah, dasar danau, dan dasar sungai selama beberapa generasi, dan bersirkulasi dalam rantai makanan. Sebelumnya pada tahun 2010, PBB meluncurkan proyek senilai US$ 5 juta di Vietnam untuk membersihkan zat beracun dioksin, fokus dari proyek ini pembersihan di bandara Bien Hoa Minh di ibukota Ho Chi Minh.
Dampak buruk dari "unsur oranye" ini menjadi isu kontroversial dan menimbulkan kemarahan di Vietnam dan di seluruh dunia.
Banyak aktivis dan kelompok hak asasi manusia menganggap penggunaan "unsur oranye" sebagai kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia.
Tim medcom.id sempat menyaksikan sendiri foto-foto korban dari "unsur oranye", sangat miris, banyak yang terlahir cacat, rakyat yang tidak bersalah menanggung semua akibat dari perang. Foto-foto ini tidak dirilis, hanya bisa dilihat di Museum Sisa Perang (War Remnant Museum) yang berlokasi di kota Ho Chi Minh.
Sebenarnya koleksi yang ditampilkan di museum ini akan membuat sebagian pihak menilai bahwa AS sangat kejam dan semua adalah kesalahan AS, tanpa memperlihatkan kekejaman yang dilakukan oleh Vietnam Utara ketika perang berlangsung.
Namun, sekali lagi, tidak ada satu orang pun yang menginginkan perang, tidak ada pihak yang diuntungkan dalam sebuah peperangan. Apabila dikaitkan dengan perang antara Ukraina dan Rusia yang berlangsung saat ini, perang hanya akan membawa banyak korban nyawa dari kedua belah pihak, pihak yang tidak terlibat perang pun kena dampaknya secara tidak langsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id