Kursi Myanmar masih kosong, sedangkan implementasi lima poin konsensus (5 PC) yang disepakati para pemimpin ASEAN di 2021 masih belum ada kemajuan signifikan.
Di keketuaannya, Indonesia mengklaim 145 engagement (pendekatan) dengan 70 stakeholders (pemangku kepentingan) terkait di Myanmar. Junta, kabarnya juga turut ditemui special envoy Indonesia.
Meski demikian, Presiden RI Joko Widodo mengaku, meskipun sudah mendapat kepercayaan dari para pemangku kepentingan, Indonesia masih belum mendapatkan kepercayaan junta.
"Para pemimpin meninjau implementasi Lima Poin Konsensus sesuai mandat KTT ASEAN ke-40 dan ke-41. Kesimpulannya, tidak ada kemajuan yang signifikan dalam implementasi Lima Poin Konsensus," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pekan lalu.
Menurut Retno, para pemimpin ASEAN memahami peliknya situasi terkait isu Myanmar. Dia menjelaskan, setelah melakukan diskusi di sesi retreat, para pemimpin ASEAN memutuskan, Lima Poin Konsensus tetap menjadi rujukan utama dalam penanganan isu Myanmar.
Para pemimpin ASEAN juga sepakat untuk membentuk troika yang terdiri dari ketua ASEAN saat ini, sebelumnya, dan yang akan datang. "Keterwakilan non-politis Myanmar dipertahankan," kata Retno.
"Karena komitmen ASEAN untuk terus membantu rakyat Myanmar, maka disepakati pembentukan troika antara current chair, previous chair, and next chair. Keterwakilan nonpolitis Myanmar dipertahankan. Keketuaan ASEAN 2026 akan dipegang oleh Filipina," lanjut Retno.
Lantas cukupkah pembentukan troika membantu Myanmar mengatasi krisisnya? Apa yang sebenarnya ingin ASEAN lakukan dengan membentuk troika kepemimpinan?
Staf Ahli Menteri Luar Negeri Urusan Diplomasi Kawasan Ngurah Swajaya menjelaskan, pembentukan troika merupakan langkah agar apa yang sudah dilakukan Indonesia bisa diteruskan walaupun berganti kepemimpinan. Untuk tahun depan Troika-nya adalah Indonesia-Laos-Malaysia.
"Supaya bisa melanjutkan yang sudah kita (Indonesia) lakukan. Jadi tidak ada lagi yang tanya, kalau keketuaan Indonesia berakhir, nasib lanjutan pendekatannya seperti apa," ucap Ngurah.
Ia menambahkan, Laos sebagai ketua berikutnya, sudah meminta bantuan Indonesia untuk hal tersebut. "Jadi kita saling membantu, dan sudah ada permintaan dari Laos akan hal itu," sambung Ngurah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menaruh harapan pada troika Indonesia, Laos dan Malaysia untuk menemukan solusi politik terhadap krisis Myanmar.
"Kami sangat berharap setelah Indonesia, bersama Laos (nama resmi Laos) dan juga Troika – Indonesia, Malaysia dan Laos – ASEAN akan tetap berkomitmen penuh untuk mencari solusi politik di Myanmar," katanya dalam jumpa pers di sela KTT ASEAN di Jakarta pekan lalu.
Ribuan orang tewas dan terpaksa mengungsi sejak militer Myanmar merebut kekuasaan melalui kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021.
Situasi di Myanmar semakin memburuk, menurut kacamata Guterres. "Semakin banyak orang melintasi perbatasan demi mencari keselamatan dan perlindungan, dan situasinya tidak dapat dipertahankan," tambahnya.
Troika diharapkan dapat menjadi cara tepat bagi ASEAN untuk 'mengembalikan' Myanmar ke posisinya, agar perdamaian dan stabilitas ASEAN juga tidak mengalami krisis yang membahayakan komunitas kawasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News