Raja Charles III. Foto: AFP
Raja Charles III. Foto: AFP

Raja Charles III Lanjutkan Takhta Kerajaan Inggris dengan Semangat Pluralisme

Willy Haryono • 19 September 2022 19:06
Jakarta: Ratu Elizabeth II telah tiada. Putra tertuanya, Charles, kini menduduki takhta Kerajaan Inggris. Di usia 73 tahun, Raja Charles III menjadi sosok tertua yang melanjutkan kepemimpinan di negara penganut sistem monarki.
 
Beberapa tahun sebelum meninggal dunia pada 8 September 2022, Ratu Elizabeth II sempat memuji Charles sebagai seorang pembela nilai-nilai konservasi dan seni, seorang pemimpin murah hati, dan juga sosok ayah yang luar biasa. Pujian itu disampaikan dalam peringatan hari ulang tahun ke-70 Charles.
 
Sang Ratu mengaku sangat bangga dengan putra sulungnya tersebut.

"Merupakan kebanggaan bagi setiap ibu untuk bisa merayakan ulang tahun anaknya yang ke-70. Itu artinya, Anda telah hidup cukup lama untuk bisa melihat anak Anda tumbuh besar. Ibarat kata, saya telah menanam pohon dan melihatnya tumbuh," ujar Ratu Elizabeth II di tahun 2018.
 
Ia menaruh harapan besar, berharap Charles dapat menjadi raja yang bijaksana. Harapan tersebut sepertinya sudah terwujud, setidaknya jika dilihat dari ucapan serta langkah-langkah yang dilakukan Raja Charles III dalam beberapa hari terakhir sejak kematian ibunya.
 
Setelah melewati prosesi aksesi dan diproklamasikan sebagai pemimpin monarki, Raja Charles III menyampaikan pidato bermakna di berbagai kesempatan. Ia juga beberapa kali terlihat begitu tulus saat menyapa kerumunan warga dengan lambaian tangan dan senyuman hangat.
 
Dalam salah satu pidatonya di hadapan puluhan tokoh agama di Istana Buckingham, Raja Charles III sempat menyinggung mengenai pluralisme beragama. Ia mengatakan bahwa dirinya bertekad melindungi semua agama dan keyakinan di seantero Britania Raya, termasuk di negara-negara anggota Persemakmuran.
 
Sebagai seorang penganut Kristen Anglikan, Raja Charles III meyakini pentingnya melindungi ruang bagi semua agama dan keyakinan. Ia merasa bahwa salah satu tugasnya sebagai raja adalah, "melindungi keberagaman negara kita, termasuk melindungi ruang bagi semua keyakinan dan praktiknya, termasuk melalui agama, budaya, dan tradisi."
 
"Keberagaman ini tidak hanya dilindungi hukum di negara kita, tapi juga dijunjung tinggi di agama saya sendiri," ungkap Raja Charles III.
 
Pernyataan Raja Charles III mengenai pluralisme berasal dari studinya selama bertahun-tahun mengenai agama, termasuk Islam. Mungkin belum banyak yang tahu jika Raja Charles III telah mempelajari Bahasa Arab agar bisa membaca dan mempelajari Al-Qur'an. Saat masih bergelar Prince of Wales, Charles pernah mengatakan bahwa Islam adalah, "bagian dari masa lalu dan masa kini negara kita. Islam telah membantu menciptakan Eropa modern. Islam adalah bagian dari warisan kita, bukan sesuatu yang terpisah."
 
Selain Islam, Raja Charles III juga telah mempelajari Yudaisme secara mendalam. Menurutnya, baik Islam maupun Yudaisme memiliki "banyak kesamaan" dengan agama Kristen. Ia meyakini bahwa di masa mendatang, akan terungkap kebenaran universal yang esensinya berasal dari 'jantung' ketiga agama tersebut.
 
Sikap Raja Charles III yang cenderung hangat terhadap semua agama mungkin akan disambut baik sejumlah pihak, namun tentu saja berpotensi tidak disukai sebagian lainnya. Tidak usah jauh-jauh, gesekan mengenai sikap pluralisme ini mungkin akan terjadi antara sang raja dengan pemerintahan baru Inggris di bawah perdana menteri Liz Truss.
 
Dalam beberapa tahun terakhir, Partai Konservatif Inggris atau Tory dipersepsikan sebagai partai yang secara terselubung tidak menyukai segala sesuatu mengenai Islam, atau lebih dikenal dengan istilah Islamofobia. Sejak Truss menjadi PM Inggris menggantikan Boris Johnson, persepsi mengenai Islamofobia di kalangan internal Tory disebut-sebut semakin menguat.
 
Jika persepsi seperti itu ternyata memang benar adanya, tentu akan sangat bertolak belakang dengan semangat pluralisme Raja Charles III.
 
Berbeda dari sikap sebagian masyarakat Inggris yang mendorong Muslim untuk 'membuang' identitasnya agar bisa berasimilasi, Charles pernah menyerukan semacam proses integrasi dua arah. Ia menyerukan agar Muslim di Inggris harus bisa "menyeimbangkan kebebasan vital mereka dengan mengapresiasi pentingnya berintegrasi dengan masyarakat" di tempat mereka tinggal. Sebaliknya, Charles juga menyerukan non-Muslim untuk mengadopsi "rasa hormat terhadap praktik beragama umat Islam dengan menghindari aksi-aksi yang dapat menyebabkan ketersinggungan mendalam."
 
Seruan itu disampaikan Charles saat masih menjadi pangeran, dan kini ia sudah menjadi seorang raja. Apakah dengan posisi yang lebih tinggi ini Raja Charles III akan mengulangi seruannya dalam upaya menjunjung tinggi pluralisme? Kita lihat saja nanti.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan