Dalam pemilu yang memecah-belah AS di tahun 2020, Biden keluar sebagai pemenang. Trump tidak terima akan hal itu, dan mencoba membalikkan hasilnya lewat berbagai cara, termasuk mendorong para pendukungnya untuk menyerbu gedung Capitol saat pengesahan hasil pemilu.
Tindakan Trump tersebut dikecam banyak pihak, bahkan dari internal Partai Republik. Namun Biden juga bukan sosok presiden populer setelah itu, dan tingkat popularitasnya terus menurun dari tahun ke tahun.
Pada November 2023, popularitas Biden merosot ke level terendah sejak April, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos. Data terbaru ini meningkatkan kekhawatiran mengenai upaya Partai Demokrat untuk terpilih kembali pada tahun depan.
Jajak pendapat selama dua hari itu menunjukkan bahwa 39 persen responden menyetujui kinerja Biden sebagai presiden, menyamai hasil di bulan April dan turun sedikit dari 40 persen di Oktober dan 42 persen pada September. Jajak pendapat tersebut memiliki margin of error sekitar 3 persen.
Persepsi buruk sebagian publik terhadap Trump, dan rendahnya popularitas Biden belakangan ini menjadikan warga AS dilematis. Mereka tidak ingin memilih antar kedua tokoh itu tahun depan.
Tapi adakah alternatif lain? Sejauh ini belum terlihat ada tokoh besar di Demokrat yang terindikasi mampu hadir sebagai andalan di pemilu 2024. Sementara di Republik, Trump masih relatif dominan meski Duta Besar AS untuk PBB di era kepemimpinannya, Nikki Haley, ikut dalam proses nominasi dan telah mendapat dukungan besar dari Koch Network.
Biden vs Trump
Survei The New York Times dan Siena College di bulan November menunjukkan Biden tertinggal dari Trump di lima dari enam negara bagian yang menjadi medan pertempuran paling penting, satu tahun menjelang pemilu mendatang pada 5 November 2024. Biden tertinggal dari Trump di tengah keraguan besar masyarakat AS mengenai usianya dan ketidakpuasan mendalam atas cara sang kepala negara dalam menangani perekonomian dan sejumlah masalah lainnya.Hasil survei menunjukkan Biden kalah dari Trump dengan selisih empat hingga sepuluh poin di antara pemilih terdaftar di Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, dan Pennsylvania. Biden hanya unggul di Wisconsin, dengan selisih dua poin.
Di enam medan pertempuran –,yang semuanya dimenangkan Biden pada tahun 2020,– perolehan suara presiden tertinggal dari Trump di angka rata-rata 48 hingga 44 persen.
Ketidakpuasan terlihat dalam jajak pendapat Times/Siena, dengan mayoritas pemilih mengatakan kebijakan Biden secara pribadi telah merugikan mereka. Survei tersebut juga mengungkapkan sejauh mana koalisi multiras dan multigenerasi yang memilih Biden sedang terpuruk.
Kelompok demografis yang mendukung Biden dengan selisih besar pada 2020 kini memiliki persaingan yang jauh lebih ketat, karena dua pertiga pemilih melihat negara tersebut bergerak ke arah yang salah.
Pemilih yang berusia di bawah 30 tahun hanya unggul satu poin persentase terhadap Biden, keunggulannya di kalangan pemilih Hispanik hanya satu digit, dan keunggulannya di daerah perkotaan hanya setengah dari keunggulan Trump di daerah pedesaan.
Meski pemilih perempuan masih lebih menyukai Biden, laki-laki cenderung memilih Trump dengan selisih dua kali lebih besar. Hal ini membalikkan keunggulan gender yang telah mendorong begitu banyak kemajuan Demokrat dalam beberapa tahun terakhir.
Para pemilih kulit hitam –,yang sudah lama menjadi benteng bagi Demokrat dan Biden,– kini mencatatkan 22 persen dukungan di negara-negara bagian tersebut untuk Trump, sebuah tingkat yang belum pernah terlihat dalam politik kepresidenan bagi seorang Republikan di era modern.
Jika digabungkan, Trump memimpin dengan 10 poin di Nevada, enam poin di Georgia, lima poin di Arizona, lima poin di Michigan, dan empat poin di Pennsylvania. Biden hanya unggul dua poin di Wisconsin.
Perang Hamas-Israel
Popularitas Biden kembali terguncang, terutama di kalangan komunitas Muslim Amerika, usai meletusnya perang antara militer Israel dan kelompok pejuang Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023. Tagar AbandonBiden2024 atau "Tinggalkan Biden 2024" bermunculan di media sosial AS, yang intensitasnya kian meningkat setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas runtuh pada Jumat 1 Desember lalu.Para pemimpin Muslim Amerika di beberapa negara bagian krusial menegaskan bahwa mereka tidak akan lagi memilih Biden tahun depan. Mereka kesal terhadap sikap Biden yang dipersepsikan mendukung penuh aksi genosida Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Kampanye #AbandonBiden dimulai ketika komunitas Muslim Amerika di Minnesota menuntut Biden menyerukan gencatan senjata pada 31 Oktober. Kampanye ini kemudian menyebar ke Michigan, Arizona, Wisconsin, Pennsylvania, dan Florida. Penentangan dari populasi Muslim dan Arab Amerika yang cukup besar dapat menimbulkan tantangan terhadap prospek Electoral College Biden tahun depan.
Sejumlah pihak termasuk AS menyerukan agar Israel dan Hamas kembali mengimplementasikan gencatan senjata. Namun sejauh ini, terjadi deadlock. Hamas menegaskan tidak akan membebaskan sandera tersisa hingga perang di Gaza benar-benar berakhir. Sementara Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak akan menghentikan operasi militer hingga Hamas benar-benar dihabisi.
Biden masih mempunyai waktu kurang lebih satu tahun untuk mengubah keadaan. Jika ia menunjukkan sikap berbeda, atau benar-benar mendorong Israel untuk berhenti menggempur warga sipil di Gaza, bisa saja komunitas Muslim dan Arab Amerika dan kelompok lainnya di seantero AS kembali mendukung dirinya.
Jika perang di Gaza dapat diakhiri -- baik sementara atau permanen -- dan semua sandera Israel dibebaskan Hamas di era kepemimpinannya, Biden bisa saja bangkit kembali dalam menyusul ketertinggalannya dari Trump.
Upaya ke arah sana sudah mulai terlihat, termasuk pernyataan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin yang mendesak Israel untuk melindungi warga sipil Gaza jika ingin menang melawan Hamas. Namun pernyataan saja dirasa tidak cukup untuk menghentikan sepak terjang Israel. Perlu ada tindakan konkret dari pemerintahan Biden untuk menghentikan perang saat ini demi menjaga stabilitas kawasan sekaligus memperbaiki citra buruknya di mata publik dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id