Jet tempur KF-21 Boramae yang dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. Foto: Korea Aerospace Industries (KAI)
Jet tempur KF-21 Boramae yang dikembangkan Korea Selatan dan Indonesia. Foto: Korea Aerospace Industries (KAI)

Keseriusan Mitra Strategis Khusus di Tahun Emas Indonesia-Korea Selatan

Marcheilla Ariesta • 12 Juni 2023 14:13
Jakarta: Hubungan Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) disebut-sebut kian dekat di tahun ke-50. Bahkan, kedua negara sudah mengukuhkan hubungan menjadi Kemitraan Strategis Khusus.
 
Berbagai kerja sama dilakukan, termasuk transfer teknologi jet tempur, mobil listrik, hingga terakhir penandatanganan 102 nota kesepahaman (MoU) mengenai Ibu Kota Nusantara (IKN).
 
"Karena kami cinta Anda, Indonesia sangat penting bagi kami," kata Kim.

Ia mengatakan, Indonesia menjadi mitra sangat penting bagi Korea Selatan karena sama-sama anggota G20 dan MIKTA. Selain itu, hubungan bilateral kedua negara semakin dalam, terbukti dengan Indonesia menjadi Mitra Strategis Khusus Korea Selatan.
 
"Indonesia bakal menjadi salah satu negara paling penting di kawasan Asia Tenggara, dalam hal potensial ekonomi," ucapnya.
 
Karena kedekatan inilah, katanya, Korea Selatan tidak ragu untuk semakin memperdalam hubungan dengan Indonesia. Menurutnya, negaranya memiliki ketertarikan besar terhadap Indonesia.
 
Pada pertengahan Mei lalu, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto mengaku ada 102 nota kesepahama (MoU) kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan yang sudah diteken untuk pembangunan IKN.
 
Menurutnya, salah satu MoU yang disepakati terkait dengan pembangunan DAM yang sudah mencapai 20 persen.
 
"Ada 102 (MoU) dan di sana (IKN) memang sudah ada pembangunan, contoh DAM di sana itu yang bangun K Water dari Korea (Selatan) dan itu progresnya dia lihat sendiri sudah sekitar 15-20 persen menurut hitungan mereka," ujarnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan.
 
Dia melanjutkan selain pembangunan DAM, pengusaha konstruksi Korea Selatan juga tengah menjajaki kemungkinan kerja sama untuk membangun jalan tol Balikpapan-Samarinda yang akan dilakukan usai pemerintah menyelesaikan pembebasan lahan dan tanah warga.
 
Gandi mengaku bahwa Korea Selatan optimis kerja sama dapat segera diteken, sebab delegasi sudah melihat betapa cepatnya pemerintah dalam membangun infrastruktur di IKN.
 
"Juga nanti tol tambahan ke Balikpapan-Samarinda mereka tertarik juga. Itu menterinya langsung bekas gubernur di Jeju mengaku terkagum dengan kecepatan pembangunan di IKN sehingga percaya (kerja sama) bisa diteken segera," imbuhnya.
 
Namun, yang namanya hubungan tidak selalu berjalan mulus. Masih ada beberapa hambatan yang tengah dihadapi.
 
Dalam kerja sama sebelumnya, seperti proyek jet tempur KFX/IFX, atau yang dikenal dengan KF-21 Boramae, masih belum ada titik terang.
 
Indonesia masih berutang dalam proyek ini. Korea Aerospace Industries (KAI), perusahaan pertahanan asal Korea Selatan (Korsel) pun, menagih komitmen pemerintah Indonesia untuk melunasi pembayaran terkait proyek jet tempur KF-21 Boramae.
 
Senior Manager & Chief KFX Joint Development Management Team Lee Sung-il mengatakan, pembiayaan KF-21 Boramae ditanggung oleh tiga pihak, yaitu 60 persen pemerintah Korsel, 20 persen pemerintah Indonesia, dan 20 persen dari KAI.
 
Total investasi dari proyek ini tercatat mencapai 8,8 triliun Won (setara Rp100 triliun). Namun, Indonesia belum membayar lagi sejak Januari 2019 dan baru kembali membayar pada November 2022.
 
"Kami harap pemerintah Indonesia bisa segera membayar dan terus berkomitmen dengan proyek ini," kata Lee, ketika menerima kunjungan 13 jurnalis Indonesia program Indonesia Next Generation Journalist on Korea dari Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di KAI, Sacheon awal bulan ini.
 
Dikutip dari Korea Joongang Daily, Indonesia disebut akan memberitahu Korsel soal pembayaran lanjutan tersebut pada akhir Juni 2023 ini.
 
“Indonesia memberitahu soal rencana pembayaran selanjutnya ini setelah terakhir membayar untuk proyek KF-21 pada November lalu, pertama kalinya dalam hampir empat tahun,” ungkap Menteri Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korsel, Eom Dong Hwan.
 
Proyek KFX/IFX ini sendiri telah dimulai sejak 2015 dan dijadwalkan bakal rampung pada 2026.
 
“Untuk memastikan rencana pembayaran berjalan dengan normal bulan ini, kepala proyek kami dijadwalkan akan segera mengunjungi Indonesia untuk melakukan pembicaraan dengan pihak terkait soal rinciannya,” ucap Eom lagi.
 
Tak hanya jet tempur, hambatan juga masih terjadi terkait pengadaan tiga kapal selam batch II Changbogo Class buatan Hanwha Ocean. Padahal, Hanwha Ocean telah memenangkan tender sejak 2019 lalu.
 
Sejak memenangkan tender pengadaan tiga kapal selam batch II untuk Indonesia pada 2019, Hanwha Ocean belum menerima Letter of Credit (L/C). Berarti, Indonesia belum melakukan pembayaran apa pun terkait hal ini.
 
Meskipun pembayaran belum diterima, Hanwha Ocean telah melakukan pre-order komponen ketiga kapal selam tersebut. Langkah ini dilakukan demi memenuhi tenggat waktu pasokan.
 
"Kami (Hanhwa) menganggap Indonesia sebagai partner bisnis yang baik dan sangat penting. Dan kami selalu mendukung Indonesia dalam hal pendanaan, serta aspek pemeliharaan dan teknologi," ucap Head of Naval Ship Business Management Development Hanwha Ocean saat disambangi ke kantornya.
 
Padahal, Indonesia dan Korea Selatan telah menyelesaikan batch 1 kerja sama pembuatan kapal selam, lewat Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), nama lama Hanhwa Ocean. Batch pertama terdiri dari KRI Nagapasa-403, KRI Ardadeli-404, dan KRI Alugoro-405.
 
Sementara itu, Alugoro resmi menjadi alutsista TNI AL, setelah diresmikan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di PT PAL Indonesia (Persero) Surabaya, Jawa Timur, pada 17 Maret 2021.
 
Meskipun di bidang pertahanan ini belum jelas nasibnya, kerja sama Indonesia dan Korea Selatan semakin erat di bidang lain. Sebut saja pengadaan mobil listrik.
 
Indonesia sangat tertarik dengan bidang ini, dan Korea Selatan melihat itu sebagai peluang besar. Karenanya, untuk 50 tahun hubungan Indonesia dan Korea Selatan, akan diluncurkan mobil listrik dengan desain batik.
 
"Kita akan launching mobil listrik dengan desain batik, kerja sama antara Hyundai dengan Pemerintah Kota Solo, karena batiknya dari Solo," ucap Wakil Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Zelda Wulan Kartika.
 
Zelda mengatakan, peluncuran mobil listrik motif batik ini akan dilakukan di GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 pada 11 Agustus mendatang.
 
Menurut Zelda, untuk mobil listrik ini, targetnya adalah untuk masyarakat Indonesia dulu. Pasalnya, harga mobil listrik tidak terlalu murah.
 
"Mereka ingin lihat dulu demand dari pasarnya, jika dipandang sukses, akan dikembangkan termasuk ke Korea juga," ucap dia.
 
Namun, kata Zelda, fenomena mobil listrik ini sangat bagus karena sesuai dengan program pemerintah. Ia mengatakan, Hyundai jenis Ionic yang akan dibuat batiknya.
 
Hubungan ini masih terus berkembang, dan melihat keseriusan Korea Selatan menggarap relasi dengan Indonesia, diharapkan RI juga turut serius menjalin kemitraan dengan Seoul.
 
Mengutip kata founder Foreign Policy of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal, "Keseriusan Korea Selatan dealing berbagai kerja sama dengan kita menunjukkan kita benar-benar dianggap mitra strategis khusus untuk mereka."
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan