Ilustrasi oleh AFP.
Ilustrasi oleh AFP.

Rusia Tangguhkan Partisipasi Nuklir START: Langkah Mundur yang Berbahaya?

Willy Haryono • 06 Maret 2023 17:44
Jakarta: Rusia telah menangguhkan partisipasi dalam perjanjian pengurangan senjata nuklir New START pada 21 Februari 2023. New START adalah perjanjian pengendalian senjata nuklir terakhir antara Rusia dan Amerika Serikat (AS). Penangguhan dilakukan beberapa hari menjelang peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.
 
Pengumuman penangguhan partisipasi New START disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam sebuah pidato kenegaraan, di mana dirinya mengatakan bahwa AS "ingin membuat kita mengalami kekalahan strategis dan merebut fasilitas nuklir kita."
 
Sebelumnya, Putin telah beberapa kali menyiratkan bahwa opsi menggunakan senjata nuklir tetap terbuka dalam perang di Ukraina. Isu tersebut sempat meningkatkan ketegangan di dunia Barat, sebelum kemudian berangsur-angsur mereda. Kini, Rusia menangguhkan partisipasi New START, dan kekhawatiran seputar potensi terjadinya penggunaan senjata nuklir kembali muncul.

New START secara khusus membatasi jumlah rudal jarak jauh yang dapat dikerahkan AS dan Rusia menjadi 1.550, dan untuk rudal jarak jauh dan pengebom di angka 700.
 
Terdengar sangat teknis, namun senjata nuklir strategis adalah sistem antarbenua berskala besar yang merupakan ancaman serius. Ancaman ini tidak terbatas kepada AS dan Rusia saja, tapi juga komunitas global, bagi umat manusia, menurut Rose Gottemoeller yang pernah menjadi kepala negosiator pemerintahan Barack Obama.
 
Perlu diketahui bahwa Rusia hanya menangguhkan, bukan menarik diri, dari perjanjian nuklir New START. Rusia juga mengatakan bahwa pihaknya akan tetap mengikuti batasan yang ditetapkan dalam New START. Namun, perjanjian tersebut tidak terbatas hanya pada jumlah hulu ledak nuklir, melainkan ada skema berbagi data, verifikasi dan juga inspeksi.
 
Semangat dari New START adalah transparansi, agar AS dan Rusia sama-sama dapat melihat segala sesuatu mengenai senjata nuklir masing-masing.
 
Lantas, apa yang terjadi saat Rusia menangguhkan partisipasi dalam New START? Bukankah Rusia bilang akan tetap mengikuti batasan dan tidak akan menambah jumlah hulu ledak nuklir?
 
Apa yang disebut penangguhan oleh Rusia sebenarnya bukan sesuatu yang mungkin dilakukan dalam konteks legalitas New START. Putin kelihatannya hanya mencoba menggunakan New START sebagai alat tawar dalam perang di Ukraina.
 
Ini adalah cara lain baginya untuk memberikan beban kepada Amerika Serikat dan Barat. Putin seolah ingin mengatakan bahwa, "jika Anda terus mendukung Ukraina, maka Anda dapat mengucapkan selamat tinggal kepada perjanjian New START." Putin ingin membuat Barat berpikir bahwa Rusia bisa sewaktu-waktu menarik diri dari perjanjian tersebut.
 
Jadi, penangguhan perjanjian New START oleh Rusia bukan sesuatu yang dapat memicu hal buruk dalam waktu dekat, termasuk potensi penggunaan senjata nuklir. Jika seandainya Rusia menarik diri pun, hal yang mungkin terjadi adalah berlangsungnya kembali perlombaan senjata (arms race) seperti di era Perang Dingin.
 
Penangguhan New START oleh Rusia hanya akan mempersempit peluang perpanjangan perjanjiang di masa mendatang, setelah sebelumnya diperpanjang selama lima tahun pada 2021.
 
Sejauh ini, Amerika Serikat hanya bisa mengungkapkan kekecewaan atas langkah penangguhan New START oleh Rusia. Risiko paling nyata dari penangguhan ini adalah, AS dan Rusia akan sama-sama kurang mendapat kejelasan mengenai pasokan senjata nuklir rivalnya.
 

 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan