Rishi Sunak terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris. Foto: AFP
Rishi Sunak terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris. Foto: AFP

Tugas Berat Menanti Rishi Sunak

Wahyu Dwi Anggoro • 31 Oktober 2022 10:08
Rishi Sunak mengukir sejarah dengan menjadi Perdana Menteri Inggris berdarah India yang pertama. Namun, Sunak memegang kepemimpinan saat Partai Konservatif sedang terpojok. Apakah dia mampu membalikkan keadaan partainya?
 
Sunak menggantikan Liz Truss yang hanya menjadi perdana menteri selama satu setengah bulan. Sebelumnya, Truss menggantikan Boris Johnson yang terbelit serangkaian skandal.
 
Pamor Truss hancur setelah kebijakan ekonominya ditentang berbagai pihak. Poin yang paling kontroversial ialah rencana pengurangan pajak korporasi. Publik dan pelaku pasar khawatir rencana tersebut bisa memperparah situasi ekonomi di Inggris 

Alhasil, poundsterling tidak berdaya di hadapan dollar Amerika Serikat. Tingkat popularitas Truss juga anjlok ke level terendah. Bukan hanya itu, Partai Konservatif pun diprediksi kalah telak pada pemilu mendatang.
 
Proses terpilihnya Sunak sebagai kepala pemerintahan bisa dibilang mulus. Dia meraih kursi perdana menteri praktis tanpa pesaing. Partai Konservatif memang membutuhkan kestabilan saat ini.
 
"Ini merupakan hari bersejarah bagi Inggris. Bertepatan dengan perayaan Deepavali, Inggris untuk pertama kalinya memiliki perdana menteri berlatar belakang Hindu dan non-kulit pulih," kata jurnalis the Financial Times Robert Shrimsley.
 
Meskipun demikian, Sunak tidak bisa berpuas diri. Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya. Inggris saat ini masih bergelut dengan  krisis ekonomi dan politik
 
Beberapa bulan ke depan  menjadi ajang pembuktian bagi Sunak. Dia harus mengontrol inflasi dan memastikan pasokan energi saat musim dingin. Perang Ukraina yang berkepanjangan membuat Eropa rentan mengalami krisis energi.
 
Sebuah survei yang dirilis baru-baru ini memberikan secercah harapan kepada Sunak. Sebagian besar warga Inggris merasa bahwa Sunak lebih mampu mengatasi isu ekonomi dibandingkan pesaingnya dari Partai Buruh, Keir Starmer. Walaupun demikian, Partai Konservatif masih tertinggal dari Partai Buruh dalam jajak pendapat yang sama.
 
"Dia tidak urakan seperti Boris Johnson dan tidak dogmatis seperti Liz Truss. Dia lebih pantas sebagai perdana menteri dibandingkan dua pendahulunya," kata profesor ekonomi-politik dari Cambridge University, Helen Thompson.
 
Mau bagaimana pun juga, Sunak telah mencatat pencapaian luar biasa. Jika dia berhasil menyelamatkan Partai Konservatif, reputasinya akan semakin cemerlang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan