Anak-anak memakai masker saat menjalani pembelajaran tatap muka di sebuah sekolah di Dortmund, Jerman pada 22 Februari 2021. (Ina FASSBENDER / AFP)
Anak-anak memakai masker saat menjalani pembelajaran tatap muka di sebuah sekolah di Dortmund, Jerman pada 22 Februari 2021. (Ina FASSBENDER / AFP)

Vaksinasi Covid-19 untuk Anak-Anak, Apakah Diperlukan Saat Ini?

Willy Haryono • 31 Mei 2021 08:01
Jakarta: Setahun lebih pandemi Covid-19 berlalu, namun hingga kini misteri seputar penyakit menular yang diakibatkan virus SARS-CoV-2 itu belum banyak terungkap. Para ilmuwan belum dapat memahami sepenuhnya Covid-19, termasuk mengenai efeknya terhadap tubuh anak-anak. Mereka hanya memiliki gambaran umum bahwa Covid-19 tidak terlalu berbahaya di kalangan anak-anak, walau sebenarnya belum cukup banyak data ilmiah yang mendukung hal tersebut. Tidak ada satu pakar pun yang menyebut bahwa individu usia belia sepenuhnya terhindar dari bahaya Covid-19. Faktanya, Covid-19 juga telah merenggut nyawa anak-anak dan remaja, walau jumlahnya sangat kecil jika dibandingkan dengan mereka yang meninggal dari kelompok rentan seperti orang lanjut usia, individu dengan penyakit bawaan, dan tenaga kesehatan.
 
"Untuk anak-anak pada umumnya, Covid-19 merupakan sebuah risiko yang tidak terlalu signifikan," kata Dr Aaron Richterman, pakar penyakit menular asal University of Pennsylvania dalam keterangannya kepada The New York Times. Ia menegaskan tidak akan merombak kehidupan sehari-hari keluarganya hanya demi memastikan anaknya terhindar dari Covid-19. Bagi Richterman dan sejumlah pakar lain, Covid-19 di kalangan anak-anak hampir sama seperti flu biasa. Bahkan, beberapa dari mereka berpendapat bahwa flu biasa (common cold) dan influenza justru lebih berbahaya bagi anak-anak ketimbang Covid-19.
 
Dr Jennifer Nuzzo, seorang epidemiolog dari Johns Hopkins University, mengaku lebih mengkhawatirkan kehidupan sosial anaknya selama pandemi ketimbang jika sang buah hati tertular Covid-19. Ia mengaku tidak terlalu khawatir jika seandainya anak-anaknya terinfeksi Covid-19.

"Saya dapat menerima risiko anak saya tertular Covid-19, karena saya merasa risikonya sama seperti tertular penyakit menular lain. Risikonya menurut saya sangat, sangat rendah," ujar Dr Nuzzo. "Saya merasa jika anak-anak saya terkena Covid-19, mereka akan baik-baik saja. Saya justru melihat adanya dampak buruk jika mereka tidak bisa menjalani kehidupan normal," sambungnya.
 
Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), angka kematian akibat flu biasa di kalangan anak-anak usia 0-4 tahun pada periode 2012-2019 relatif sama dengan yang disebabkan Covid-19 sejak akhir 2019. Sementara di usia 5-17 tahun dalam periode yang sama, angka kematian akibat flu biasa relatif lebih tinggi dari Covid-19. Untuk usia 50 hingga 64 tahun, kematian akibat Covid-19 sejak akhir 2019 jauh lebih tinggi dibanding flu biasa dalam periode 2012-2019. Sementara di usia 65 tahun ke atas, angka kematian akibat Covid-19 sangat jauh meninggalkan flu biasa.
 
Data CDC memperlihatkan bahwa secara umum, Covid-19 memang tidak berdampak signifikan di kalangan anak-anak. Meski beberapa varian Covid-19 mungkin lebih berbahaya dari versi orisinalnya, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh di tubuh anak-anak. "Di kalangan anak-anak, sangat jarang ada yang benar-benar sakit (saat terinfeksi Covid-19)," tutur Dr Rebecca Wurtz dari University of Minnesota.
 
"Bagi individu di bawah usia 18 tahun, Covid-19 bukanlah sesuatu yang terlalu berisiko tinggi," sebut Stephen Kissler, peneliti dari T.H. Chan School of Public Health dari Harvard University. "Saya rasa risikonya setara dengan risiko dari flu (biasa)."
 
Walau angka kematian akibat Covid-19 di kalangan anak-anak sangat rendah, sejumlah negara mulai mewacanakan vaksinasi Covid-19 di kelompok usia 16 tahun ke bawah. Salah satu yang mulai merencanakan hal tersebut adalah Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan, vaksinasi Covid-19 untuk anak di atas 12 tahun akan dimulai pada 7 Juni mendatang. Ia menekankan bahwa vaksinasi ini bersifat opsional, dan keputusan terakhir tetap berada di tangan orang tua. Vaksin yang akan digunakan dalam vaksinasi anak-anak di Jerman adalah buatan Pfizer-BioNTech.
 
Rencana Jerman didukung Agensi Obat-obatan Eropa (EMA), yang telah menyetujui pemberian vaksin Pfizer-BioNTech untuk anak berusia 12 hingga 15 tahun. Berdasarkan kajian EMA, vaksin Pfizer-BioNTech bereaksi dengan baik di tubuh remaja dan tidak ada kekhawatiran signifikan dalam hal efek samping.
 
Pemerintah Indonesia juga sudah mulai membicarakan vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak. Namun hal ini baru sebatas wacana, dan berbeda dengan Jerman, Indonesia sama sekali belum menetapkan tanggal, bulan, maupun tahunnya. "Ke depannya tidak menutup kemungkinan secara bertahap populasi anak-anak akan pula mendapatkan vaksinasi," kata juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Perbedaan antara Indonesia dan Jerman kemungkinan lebih dikarenakan perbedaan jumlah ketersediaan vaksin Covid-19. Bagi Jerman, vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak bisa dilakukan bulan depan karena memang jumlah vaksinnya cukup. Sementara untuk Indonesia, vaksinasi anak-anak baru sebatas wacana karena vaksin yang tersedia saat ini relatif terbatas dan masih diprioritaskan untuk kelompok-kelompok rentan.
 
Sementara itu dari perspektif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksinasi Covid-19 di kalangan anak-anak bukan sesuatu yang dilarang, namun di waktu bersamaan juga belum direkomendasikan, setidaknya untuk saat ini. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus sebelumnya pernah berkata bahwa dirinya memahami keinginan sejumlah negara yang ingin melindungi anak-anak mereka dari ancaman Covid-19. Ia juga menyadari vaksinasi untuk anak-anak pada akhirnya memang perlu dilakukan karena usia belia berpotensi menjadi orang tanpa gejala (asimtomatik) dan menularkan Covid-19 ke orang dewasa.
 
Namun ia juga menegaskan masih banyak negara-negara di dunia yang belum mendapat cukup pasokan vaksin Covid-19. Jangankan anak-anak, kelompok rentan di negara-negara tersebut masih banyak yang belum mendapat vaksin Covid-19. Tedros ingin pasokan vaksin Covid-19 untuk anak-anak itu didonasikan ke pihak yang membutuhkan melalui skema berbagi COVAX. Menurutnya, anak-anak bisa dikesampingkan terlebih dulu karena tidak termasuk kelompok rentan.
 
Baca:  WHO: Tunda Vaksinasi Anak dan Donasikan Vaksin ke Negara Miskin
 
Mungkin setelah kekebalan kelompok atau herd immunity sudah terbentuk di banyak negara, atau lebih dari separuh penduduk dunia usia dewasa dan kelompok rentan sudah divaksinasi, WHO akan merekomendasikan vaksinasi untuk anak-anak. Namun untuk saat ini, WHO menilai vaksinasi untuk anak-anak bukan pilihan bijak karena kelompok rentan di banyak negara lebih membutuhkan vaksin tersebut. WHO berharap negara-negara yang memiliki banyak pasokan vaksin menyadari hal ini, dan bisa bersikap lebih bijak dalam upaya global memerangi pandemi Covid-19.

Vaksin Slank untuk Indonesia

Dalam upaya mendukung vaksinasi di Tanah Air, Media Group bersama Slank menggelorakan kampanye sosial bertajuk "Vaksin untuk Indonesia". Kampanye ini adalah upaya untuk bersama-sama bangkit dari pandemi dan memupuk optimisme menuju normal baru dengan terus menjaga kesehatan fisik dan mental. Vaksin dalam tajuk ini bukan saja berarti "obat" atau "anti-virus", tetapi juga upaya untuk menguatkan kembali mental dan spirit kita di tengah kesulitan akibat pandemi.
 
"Slank dan Media Group bikin gerakan yang bertema 'Vaksin untuk Indonesia'. Berharap lewat musik dan dialog, acara ini bisa menyemangati dampak pandemi yang mengenai kehidupan kita, supaya tetap semangat. Kita hibur supaya senang, supaya imun kita naik juga. Mengajak masyarakat untuk jangan takut untuk divaksin. Ini salah satu solusi untuk lepas dari pandemi," terang drummer Slank, Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim.
 
Program "Vaksin untuk Indonesia" tayang di Metro TV setiap hari Jumat, pukul 20:05 WIB. Dalam tayangan ini, Slank bukan saja menyuguhkan musik semata, tetapi juga menampilkan perjalanan ke sejumlah tempat dan berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai latar belakang sosial.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan