Protes warga menuntut NATO menetapkan zona larangan terbang di Ukraina. Foto: AFP
Protes warga menuntut NATO menetapkan zona larangan terbang di Ukraina. Foto: AFP

Peran NATO Dibalik Pecahnya Perang Rusia-Ukrania

Marcheilla Ariesta • 14 Maret 2022 11:05
Jakarta: Sudah lebih dari dua pekan invasi Rusia ke Ukraina berjalan. Kedua negara berseteru ini mengalami kerugian besar. 
 
Rusia rugi karena sanksi ekonomi yang didapat dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, sedangkan Ukraina rugi karena infrastruktur mereka rusak parah oleh serangan. 
 
Namun di tengah-tengah itu, sebenarnya ada peran besar dari Washington dan NATO yang dianggap memberikan janji palsu untuk Kiev. Ukraina memang mengucapkan kekecewaan mereka pada pakta pertahanan itu, tapi Presiden Volodymyr Zelensky nampaknya masih menaruh harap. 

Sayangnya, NATO tampak tidak berani membela Ukraina di garis depan. Yang ada malahan mereka memberikan sanksi yang nampaknya 'tidak mempan untuk Rusia'. 
 
Benang kusut yang sudah semrawut, makin tidak bisa dilepas setelah NATO mengecam Rusia untuk tidak menyerang Ukraina. Padahal, saat itu Rusia bilang tidak akan menyerang Ukraina. 
 
Kalau kata Presiden Vladimir Putin, Rusia tidak berpikir akan menyerang Ukraina. Tapi, akhirnya dengan 'desakan melindungi warga' di wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia, negerinya Marsha and the Bear melakukan 'operasi militer khusus' ke Ukraina. 
 
NATO dianggap sebagai biang kerok oleh sebagian orang. Bahkan, Zelensky sampai menyerah untuk bergabung dengan pakta pertahanan tersebut. 
 
Dia mengatakan, tidak melihat keberanian dari NATO saat Ukraina memohon lebih banyak keterlibatan dari sekutu dalam negosiasi damai. 
 
Selain itu, Volodymyr Zelensky menilai NATO lambat dalam mengirim lebih banyak sistem anti-rudal. Volodymyr Zelensky berjanji akan membayar semua atas kiriman peralatan perang ke negaranya.
 
Serangan pertama dilakukan 24 Februari 2022. Dan hingga kini, ratusan orang tewas dan terluka dari sisi kedua negara. Anak-anak, perempuan, lansia juga jadi korban. 
 
Belakangan, Rusia mulai menyerang rumah sakit. Katanya sih, bukan mereka. Ada narasi yang menyebutkan, serangan itu sebenarnya dilakukan Ukraina sendiri. 
 
Tidak tahu siapa yang benar dan salah, yang pasti perang dan penggunaan senjata militer sangat tidak bisa dibenarkan. Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin pada 24 Februari lalu mengatakan, "Rusia menggunakan serangan ala Soviet." 
 
Ia menambahkan, Ukraina akan terus membalas serangan itu. Ketimpangan perang ini terlihat jelas, namun Ukraina tidak ada tanda-tanda untuk menyerah, pun Rusia tidak berhenti. 
 
Karena jumlah personel militer yang jauh lebih sedikit daripada Rusia, Ukraina tidak memperbolehkan pria berusia 18-60 tahun untuk meninggalkan negara itu. Hal yang menurut banyak orang sebagai 'tameng hidup' karena mereka diharapkan bertempur melawan pasukan terlatih. 
 
Tapi, memang dasarnya warganya cinta negara sendiri, mereka yang di luar negeri malah pulang dan memilih bertempur. Tak hanya pria, perempuan juga. 
 
Zelensky meminta kaum ibu wajib militer Rusia untuk melarang anaknya dikirim ke Ukraina. Ia juga meminta para ibu memeriksa keberadaan anak-anak mereka di tengah invasi Rusia ke Ukraina. 
 
"Saya ingin mengatakan ini sekali lagi kepada ibu-ibu Rusia, terutama ibu wajib militer. Jangan mengirim anak-anak Anda berperang di negara asing," kata Zelensky dalam pidato video yang dirilis di Telegram. 
 
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan mengambil langkah baru untuk menghukum Rusia karena invasi ke Ukrainayang masih berlanjut hingga hari ini. 
 
Diberitakan CNN, Biden membahas keputusan itu bersama Presiden Zelensky melalui telepon selama 49 menit, durasi terlama panggilan telepon kedua pemimpin negara tersebut. 
 
Dalam perbincangannya, Biden menyinggung AS menangguhkan hubungan perdagangan normal dengan Rusia sebagai upaya untuk menghukum Kremlin. 
 
Beberapa negara di Asia Pasifik juga turut memberikan sanksi, diantaranya, Korea Selatan, Jepang, Australia dan Selandia Baru. Semuanya adalah sekutu AS. 
 
Indonesia sendiri netral, tapi saat di PBB kemarin, Indonesia memberikan vote ‘yes’ untuk resolusi terkait perang ini. Bagaimanapun, menurut Indonesia, perang tidak akan memberikan jalan keluar, diplomasi harus ditegakkan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan