Bagaimana tidak? Indonesia memegang kekuasaan di tengah situasi global yang carut-marut. Mulai dari belum usainya pandemi covid-19, perang Rusia-Ukraina, hingga ancaman resesi global.
Di tengah geopolitik dunia yang makin tak menentu tersebut, Indonesia berhasil membuat G20 mengeluarkan G20 Bali Leaders Declaration. Dalam deklarasi ini, di poin ke-3 para pemimpin G20 sepakat untuk menyikapi perang Ukraina.
Menurut negara-negara anggota G20, agresi Rusia di Ukraina sejak Februari lalu telah berimbas buruk terhadap perekonomian global.
"Kami menekankan kembali posisi nasional kami dalam berbagai fora lain, termasuk di DK PBB dan Majelis Umum PBB, yang mengecam keras agresi Federasi Rusia terhadap Ukraina, dan meminta Rusia menarik semua pasukannya tanpa syarat dari Ukraina," demikian tertulis di poin ketiga Leaders' Declaration G20.
"Sebagian besar negara anggota mengecam perang di Ukraina, dan menekankan bahwa konflik tersebut telah menimbulkan penderitaan besar bagi manusia serta memperburuk kerapuhan ekonomi global," lanjut deklarasi tersebut.
Dalam konteks ekonomi, dampak buruk perang Rusia meliputi memperlambat pertumbuhan, meningkatkan inflasi, mengganggu rantai pasokan, memperburuk ketahanan energi dan pangan, serta meningkatkan risiko stabilitas finansial.
G20 menyadari ada beberapa pandangan berbeda seputar situasi terkait perang Rusia di Ukraina. Namun semua sepakat bahwa perang tersebut harus segera diakhiri karena berdampak buruk terhadap banyak hal.
"Kami mengakui bahwa G20 bukan forum untuk menyelesaikan isu keamanan, tapi kami mengakui bahwa isu keamanan dapat memiliki konsekuensi signifikan terhadap perekonomian global," ungkap Leaders' Declaration G20.
Para pemimpin G20 juga menekankan pentingnya menegakkan hukum internasional dan sistem multilateral untuk menjaga perdamaian dan stabilitas. Ini termasuk membela semua Tujuan dan Prinsip dalam Piagam PBB dan mematuhi hukum humaniter internasional, termasuk perlindungan warga sipil dan infrastruktur dalam konflik bersenjata.
"Penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir tidak dapat diterima. Penyelesaian konflik secara damai, upaya mengatasi krisis, serta diplomasi dan dialog, sangat penting. Era saat ini tidak boleh menjadi era peperangan," tutur Leaders' Declaration G20.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengungkapkan, kepemimpinan Indonesia di G20 membawa perdamaian. "Saya tahu kendala yang dihadapi dalam pertemuan ini. Saya salut, dalam hal ini, peran utama yang Anda (Indonesia) mainkan untuk perdamaian dan multilateralisme dalam penyelenggaraan G20," kata Macron.
Selain itu, di KTT G20, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk pertama kalinya bertemu. Keduanya bertemu dalam damai.
Pemimpin kedua negara adidaya itu kemudian menegaskan mereka tidak menginginkan konflik. Hal ini menambah daftar keberhasilan kepemimpinan Indonesia di G20.
"RI yang berhasil melakukan seluruh rencana dan target G20 yang sudah diamanahkan oleh KTT tahun lalu, yang seluruh prosesnya terdokumentasi dengan baik, sehingga menjadi dokumen yang utuh," ujar pengamat internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah kepada Medcom.id.
Menurutnya, dihasilkannya deklarasi perihal krisis Rusia-Ukraina yang merajut semua kepentingan nasional, namun membuka ruang bagi konsultasi diberbagai forum Internasional. "Dokumen hukum ini akan juga menjadi rujukan saat negara manapun kelak, merasa perlu mendiskusikan perdamaian dan keamanan di Eropa," sambung dia.
Dengan berakhirnya KTT G20, Indonesia menyerahkan keketuaan G20 ke India. Menutup pidatonya, Presiden Joko Widodo mengatakan, 'Let's we recover together, recover stronger'.
Bravo, Indonesia!
Baca: Kepercayaan Dunia atas Kesuksesan KTT G20 di Bali Harus Dijaga
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id