Presiden Rusia Vladimir Putin terus dituduh akan invasi Ukraina. Foto: AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin terus dituduh akan invasi Ukraina. Foto: AFP

Ketegangan Rusia-Ukraina: Apa yang Sebenarnya Diinginkan Putin?

Willy Haryono • 07 Februari 2022 10:35
Moskow: Mungkin Rusia sudah bosan dengan tuduhan bahwa kekuatan militernya dapat sewaktu-waktu menginvasi Ukraina. Rusia berulang kali membantahnya, dan menegaskan hanya meminta jaminan keamanan dari Barat -- Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
 
Salah satu yang diminta adalah jaminan bahwa Ukraina tidak akan pernah bisa menjadi anggota NATO. AS dan NATO sama-sama menolaknya, dengan mengatakan bahwa Ukraina berhak menentukan sendiri kebijakan keamanan mereka.
 
Deadlock pun terjadi. AS tidak mau memenuhi permintaan Rusia, begitu pula dengan Moskow yang menolak menarik sekitar 100 ribu personel militernya dari perbatasan Ukraina. Rusia menegaskan bahwa mereka berhak menempatkan pasukannya di mana pun selama itu masih wilayahnya. NATO juga berkukuh menolak permintaan Rusia, dengan mengatakan bahwa Rusia tidak bisa mendikte negara-negara mana saja yang boleh dan tidak boleh menjadi anggota aliansi.

Aksi saling menolak dan membantah terus terjadi, dan di waktu bersamaan, ketegangan atas isu Rusia-Ukraina terus meningkat. Namun anehnya, ketegangan ini terus bertambah namun seolah tak terlihat ‘puncaknya’ memunculkan anggapan bahwa invasi Rusia ke Ukraina mungkin tidak akan pernah terjadi. Tetapi ketegangan akan terus "terpelihara." Ada juga anggapan bahwa invasi bisa saja terjadi, tidak dalam waktu dekat.
 
Di Washington, AS berkukuh bahwa Rusia sudah memiliki kapabilitas untuk melancarkan invasi ke Ukraina, dan hal itu bisa terjadi sewaktu-waktu. Namun di beberapa negara Eropa, bahkan di Ukraina sendiri, ancaman invasi dirasa sebagai sesuatu yang belum akan terjadi dalam waktu dekat.
 
"AS berpikir (Presiden Rusia Vladimir) Putin akan melancarkan perang berskala penuh. Tapi masyarakat Eropa menilai Putin hanya menggertak," kata seorang seorang diplomat senior Jerman dalam artikel di Wall Street Journal.
 
Mengapa sebagian masyarakat Eropa bisa berpikir seperti itu? Perdamaian selama berdekade-dekade di Eropa Barat, ditambah lagi dengan ketergantungan benua tersebut terhadap minyak dan gas Rusia, membuat sejumlah negara di sana merasa invasi Rusia ke Ukraina tidak akan pernah terjadi. Bagi mereka, mungkin peluang terjadinya invasi Rusia ke Ukraina sama seperti invasi alien ke Bumi.
 
Anggapan sebagian masyarakat Eropa bahwa Rusia tidak akan menginvasi Ukraina bukan karena mereka memandang Putin sebagai sosok yang lebih ‘ramah’ ketimbang Presiden AS Joe Biden. Justru sebaliknya, mereka memandang Putin sebagai sosok yang jauh lebih berbahaya dari Biden dan tokoh-tokoh dunia lainnya.
 
Perang, menurut mereka, bukan sesuatu yang diinginkan Rusia. Alih-alih perang, Rusia dinilai sengaja mendesain ketegangan saat ini untuk menggoyang stabilitas Barat. Bagi Eropa, ancaman invasi atau perang bisa jadi lebih destruktif ketimbang terjadinya perang sungguhan.
 
AS dan Eropa sebenarnya tidak terpecah mengenai apa yang sebenarnya diinginkan Putin. Menurut mereka, Putin ingin membentuk arsitektur keamanan baru di Eropa yang mengakui pengaruh Moskow di wilayah-wilayah pecahan Uni Soviet.
 
Rusia dinilai tidak bertujuan merestorasi Uni Soviet, melainkan memulihkan apa yang pernah disebut Putin sebagai "Rusia Historis." Istilah yang diucapkan Putin tersebut merujuk pada era di masa lalu di saat warga Rusia dan Ukraina disebut-sebut sebagai satu masyarakat yang sama. Dilihat berbagai aspek, termasuk budaya dan bahasa, Rusia dan Ukraina memang negara tetangga yang memiliki banyak kesamaan.
 
Mungkin Putin merasa perlu untuk menyelamatkan "Rusia Historis" ini, dengan berusaha mati-matian agar Ukraina tidak pernah bisa bergabung dengan NATO. Jika Ukraina menjadi anggota NATO, maka peluang untuk mencapai "Rusia Historis" tidak akan pernah bisa tercapai.
 
Namun bagaimana caranya Putin bisa mencapai "Rusia Historis" di saat Rusia dan Ukraina sama-sama merupakan negara berdaulat. Apakah dengan jalan invasi dan merebut sepenuhnya Ukraina, seperti yang pernah dilakukan Moskow terhadap Krimea di tahun 2014? Kemungkinan ke arah sana sangat kecil. Mungkin yang diinginkan Putin dalam konteks "Rusia Historis" adalah, Ukraina menjadi negara yang sepenuhnya berada di bawah pengaruh Rusia, seperti yang kini terlihat di beberapa negara pecahan Soviet, termasuk Belarusia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan