Ilustrasi oleh AFP.
Ilustrasi oleh AFP.

Kesenjangan Vaksin Covid-19 Bikin Ketar-Ketir

Marcheilla Ariesta • 25 Oktober 2021 13:54
Jakarta: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan, kesenjangan vaksin yang ada di dunia sangat mengerikan. Keegoisan negara Barat dan maju lainnya mengamankan vaksin malah membuat pandemi semakin lama.
 
Amerika Serikat (AS) misalnya, Negara Adidaya ini memiliki tingkat vaksinasi cukup tinggi. Hingga awal bulan ini, lebih dari setengah populasinya sudah divaksinasi dosis penuh.
 
Bahkan, per bulan depan mereka akan memvaksinasi anak-anak usia 5-11 tahun. Dan tengah melakukan uji coba pada bayi 6 bulan hingga 5 tahun.

Pemberian vaksin pada anak-anak di bawah 12 tahun dianggap sebagai keserakahan Negeri Paman Sam. Bagaimana tidak? Di seluruh Benua Afrika, tingkat vaksinasi pada populasi orang dewasa bahkan kurang dari lima persen. Miris sekali karena akses mereka terhadap vaksin sangat terbatas. Pemimpin senior di WHO, Dr Bruce Aylward mengatakan, angka vaksinasi di Afrika berbanding sangat jauh dengan 40 persen di sebagian besar benua lainnya.
 
Tapi AS berdalih mereka terus berbagi vaksin walaupun mengamankan dosis bahkan untuk anak-anak kecil. Namun, AS baru berbagi vaksin setelah ada teguran di awal tahun dari WHO.
 
COVAX Facility yang dibentuk untuk mempermudah akses vaksin kepada negara miskin, sepertinya belum terlalu efektif. Karenanya, WHO mulai geram. Bahkan, mereka mengatakan pandemi berlangsung lebih lama dari perkiraan karena kesenjangan vaksin.
 
Kesenjangan vaksin juga terus digaungkan Indonesia. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan keprihatinan dunia terkait adanya kesenjangan akses vaksin covid-19, serta fakta bahwa dari lebih 6 miliar dosis vaksin yang telah disuntikkan di seluruh dunia, 80 persen di antaranya di high and upper-middle income countries (negara-negara berpenghasilan tinggi dan di atas menengah).
 
Retno menuturkan, ketimpangan vaksin antara negara harus diatasi melalui COVAX Facility, kerja sama dose-sharing, dan peningkatan akses yang merata terhadap vaksin.
 
"Politisasi dan nasionalisme vaksin harus diakhiri. Solidaritas dan kerjasama merupakan kunci untuk dunia keluar dari pandemi, pulih bersama,” tegasnya.
 
"Mesin diplomasi kita terus bekerja menjalin kerja sama dalam berbagai bentuk agar kebutuhan vaksin kita tercukupi," tambah Retno.
 
Dampak mengerikan dari kesenjangan vaksin adalah kasus kematian yang terus meningkat. Bahkan, ini menyebabkan kematian sekitar 180 ribu tenaga kesehatan.
 
Hanya satu dari 10 petugas kesehatan divaksinasi penuh di Afrika. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus membandingkan tenaga kesehatan di negara berpenghasilan tinggi.
 
"Data dari 119 negara menunjukkan bahwa rata-rata, dua dari lima petugas kesehatan di seluruh dunia telah divaksinasi penuh," kata Tedros.
 
"Tapi tentu saja, rata-rata itu menutupi perbedaan besar antar wilayah dan kelompok ekonomi," lanjutnya.
 
Bagaimana pun, kesenjangan vaksin adalah masalah serius yang dihadapi dunia saat ini. Belajar untuk tidak menjadi egois ternyata juga diperlukan suatu negara.
 
Sebenarnya sah sah saja kalau ada negara yang  ingin menyelamatkan diri dari pandemi. Tapi, pandemi ini meluas di seluruh dunia, membuat kita tidak bisa hanya menyelamatkan negara sendiri. Doa semuanya pasti sama, ingin cepat keluar dari pandemi dan ekonomi kembali membaik. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan