Selang beberapa waktu, rangkaian foto pun bermunculan. Terlihat sebuah kapal kargo raksasa dengan tulisan besar "Evergreen" melintang di Terusan Suez. Kapal itu begitu besar, dengan panjang 400 meter yang bahkan lebih lebar dari Terusan Suez. Jika seandainya kapal itu diberdirikan dalam posisi vertikal, maka tingginya dapat setara gedung pencakar langit. Sebagian warganet sempat bingung dengan kapal ini, karena namanya ternyata adalah Ever Given walaupun tulisan Evergreen terpampang jelas di bagian sisinya.
Sebagian masyarakat dunia awalnya tidak terlalu memperhatikan berita Ever Given, dan sebagian dari mereka mungkin berpikir ini hanyalah insiden biasa yang dapat diselesaikan paling lama satu hari.
Namun selang dua hingga tiga hari kemudian, Ever Given tetap tak bergerak dan masih melintang, menghalangi ratusan kapal di Terusan Suez. Krisis ini ternyata serius -- meski diselingi "hiburan" gelombang meme di internet.
Terusan Suez adalah terusan buatan manusia sepanjang 193 kilometer yang merupakan rute laut terpendek penghubung Asia dan Eropa. Rute ini merupakan salah satu yang tersibuk di dunia, berkontribusi terhadap sekitar 12-15 persen volume perdagangan dunia.
Sepanjang 2020, Terusan Suez dilewati lebih dari 18.800 kapal yang membawa berbagai macam komoditas seperti minyak, makanan, minuman, barang elektronik, produk olahan hingga hewan ternak. Firaun Senausret III adalah tokoh yang menggali terusan pertama di area Suez pada 1887-1849 Sebelum Masehi.
Terusan Suez kemudian selesai dibuat lewat kerja keras 1,5 juta pekerja di Mesir yang dipimpin Kekaisaran Ottoman pada 1859-1869 SM. Setelah dua kali perang dunia, Inggris menyerahkan Terusan Suez ke Mesir di tahun 1956.
Peristiwa tersangkutnya Ever Given bermula saat kapal berbobot sekitar 200 ribu ton itu berlayar di Terusan Suez. Badai pasir tiba-tiba melanda, dan tiupan angin kencang membuat awak kapal kesulitan mengendalikan Ever Given. Lambung kapal pun bergeser tertiup angin dan "tersangkut" di area dangkal tepi Terusan Suez.
Posisi Ever Given benar-benar melintang dan menghalangi arus lalu lintas pelayaran dari kedua arah. Semua kru Ever Given saat itu adalah warga negara India, dan tidak ada satu pun dari mereka yang terluka. Kala itu, Ever Given sedang bertolak dari Malaysia menuju Pelabuhan Rotterdam, Belanda.
Ever Given adalah kapal milik perusahaan Jepang, dioperasikan perusahaan Taiwan, terdaftar di Panama, dan ditangani perusahaan Jerman.
Membingungkan memang, namun itu merupakan praktik umum dalam bidang
pelayaran global. Operator kapal Taiwan, Evergreen Marine, memiliki 11 kapal seukuran Ever Given, yang semua namanya berawalan "Ever G."
Berbagai upaya dilakukan Otoritas Terusan Suez (SCA) untuk "membebaskan" Ever Given. Sejumlah kapal tongkang (tugboat) dan kapal pengeruk (dredger) dikerahkan agar Ever Given bisa terapung kembali. Namun karena ukuran Ever Given yang begitu besar, upaya tersebut tak kunjung membuahkan hasil. SCA kemudian mendekati beberapa perusahaan asing untuk berkolaborasi melakukan operasi gabungan. Fokus utama operasi adalah mengeruk sebanyak mungkin material lumpur dan tanah di area dangkal di tepian, dan di waktu bersamaan, sejumlah kapal tongkang mendorong atau menarik Ever Given.
Secercah harapan sempat muncul saat Ever Given sedikit bergerak di tengah operasi gabungan. Namun sebagian besar badan kapal masih tersangkut, dan SCA pun hanya bisa mengharapkan kondisi gelombang pasang saat bulan purnama. Pemerintah Mesir di bawah Presiden Abdel Fattah al-Sisi sempat mempertimbangkan wacana membongkar sebagian atau seluruh muatan Ever Given jika operasi gabungan berakhir gagal.
Datangnya gelombang pasang benar-benar menjadi terobosan. Ever Given kembali mengambang, dan selang beberapa waktu, terbebas sepenuhnya. Kru gabungan pun bersorak sorai, begitu juga dengan masyarakat global yang turut bergembira dari balik layar smartphone maupun laptop mereka.
Krisis Ever Given menyoroti berbagai isu di bidang pelayaran global, yang hingga kini masih menjadi moda transportasi andalan dalam perdagangan internasional. Ukuran kapal kontainer terus berkembang dari waktu ke waktu, dan di masa mendatang kemungkinan akan ada -- atau sudah ada -- kapal yang jauh lebih besar dari Ever Given. "Tersumbatnya" Terusan Suez selama enam hari juga mendemonstrasikan betapa rapuhnya sistem perdagangan internasional, yang sekitar 70 persennya masih mengandalkan pelayaran kapal kargo.
Kepala SCA Osama Rabie mengatakan bahwa krisis Ever Given diestimasi telah menelan kerugian sekitar USD14 juta per hari. Untuk volume perdagangan global, nilai kerugiannya bahkan dapat mencapai USD6-10 miliar per pekan. Jika krisis ini terus berkepanjangan, maka harga berbagai komoditas dipastikan naik karena tersendatnya pasokan yang memicu kelangkaan produk di pasar. Dampaknya diprediksi tidak hanya akan dirasakan di area sekitar Suez, tapi juga di banyak negara di berbagai benua.
Beruntung bagi kita, krisis ini berakhir kurang dari sepekan. Fenomena alam telah membuat Ever Given tersangkut, dan fenomena alam jugalah yang membuat raksasa tersebut dapat mengapung dan berlayar kembali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News