Pengemudi truk di Kanada melakukan protes pembatasan akibat covid-19. Foto: AFP
Pengemudi truk di Kanada melakukan protes pembatasan akibat covid-19. Foto: AFP

Massa Antivaksin Bikin Pusing

Marcheilla Ariesta • 14 Februari 2022 07:15
Jakarta: Massa antivaksin kembali berulah. Sejumlah negara terpaksa harus kewalahan menghadapi mereka. Sebut saja yang terparah adalah Kanada.
 
Sejak pekan lalu, massa antivaksin di Negeri Maple itu bahkan melumpuhkan ibu kota Ottawa. Bahkan, pada Minggu, 6 Februari, wali kota Ottawa menetapkan status darurat di sana.
 
Rupanya demo ini bukan hanya mengganggu aktivitas warga ibu kota, tapi juga ketenangan dan keamanan mereka. Bagaimana tidak? Ada saja ulah kekerasan yang dilakukan para pedemo terhadap warga.

Mereka bahkan tak segan untuk membunyikan klakson sekeras-kerasnya yang tentu saja membuat bising. Dan hal ini sudah memasuki pekan ketiga. Pastinya membuat warga semakin jengkel.
 
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau akhirnya turun tangan dengan meminta agar demonstrasi ratusan sopir truk yang menentang mandat vaksin covid-19 segera dihentikan. 
 
“Pandemi ini telah membebani seluruh elemen masyarakat Kanada," sambungnya, yang kelihatan begitu frustrasi atas unjuk rasa para penentang mandat vaksin di Ottawa.
 
"Namun masyarakat Kanada tentu memahami bahwa cara keluar dari (pandemi) ini adalah mendengarkan sains serta saling membantu," ungkap PM Trudeau.
 
Namun, bukannya mereda, massa pedemo malah memblokir perbatasan antara Kanada dengan Amerika Serikat (AS). Berbagai cara dikerahkan untuk mengendalikan massa demo, termasuk dengan menyita ribuan liter bahan bakar dan memindahkan sebuah truk tangki minyak.
 
Pasalnya, Kanada mengirimkan 75 persen ekspornya ke Amerika Serikat, dan jembatan tersebut biasanya menangani sekitar 8.000 truk sehari.
 
Mencolek AS, ada saja rupanya yang mendukung demonstrasi antivaksin di Kanada ini dari Negeri Paman Sam.
 
'Konvoi truk kebebasan' menarik dukungan dari banyak anggota Partai Republik Amerika Serikat (AS), termasuk mantan Presiden Donald Trump. Ia menyebut Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeu sebagai 'orang gila paling kiri'.
 
Menurutnya, Trudeau telah menghancurkan Kanada dengan mandat covid-19 yang gila.
 
"Hubungan Kanada-AS dulu terutama tentang penyelesaian masalah teknis. Hari ini Kanada sayangnya menghadapi politisi AS radikal yang melibatkan diri mereka dalam masalah domestik Kanada," kata mantan Duta Besar AS untuk Kanada di bawah pemerintahan eks Presiden Barack Obama, Bruce Heyman.
 
Heyman menambahkan, Trump dan para pengikutnya tidak hanya ancaman bagi AS. "Tapi bagi semua negara demokrasi," sambung dia.
 
"Dalam keadaan apa pun kelompok mana pun di AS tidak boleh mendanai kegiatan yang mengganggu di Kanada. Titik," tegasnya.
 
Bahkan, beberapa kelompok pendukung Trump dan antivaksin ikut memberikan sumbangan lewat situs GoFundMe untuk membantu para unjuk rasa. Namun, situs tersebut mengatakan, akan mengembalikan semua uang yang telah terkumpul.

Menular ke Selandia Baru

Demo antivaksin di Kanada 'meluas' ke Selandia Baru. Hampir sepekan demo terjadi di depan kompleks parlemen. Sampai akhirnya, polisi dan massa antivaksin saling bentrok di halaman gedung Parlemen Selandia Baru pada Kamis lalu.
 
Protes dimulai Selasa yang terinspirasi dari tindakan "Konvoi Kebebasan" oleh pengemudi truk Kanada. Ratusan semi-trailer dan karavan macet di jalan-jalan di pusat Wellington.
 
Bukannya mereda, massa pedemo malah semakin banyak. Tuntutan mereka sama dengan yang di Kanada, meminta penghapusan mandat vaksin dan pembatasan akibat covid-19.
 
Vaksin cara terbaik cegah penyakit parah covid-19
 
Padahal, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin masih menjadi cara terbaik mencegah penyakit parah akibat covid-19. Sudah terbukti bahwa mereka yang mendapatkan vaksinasi, bisa terhindar dari penyakit parah yang disebabkan virus SARS-Cov-2 ini.
 
Bahkan, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan, pandemi bisa berakhir tahun ini, asalkan 70 persen dari populasi dunia sudah divaksinasi. Vaksinasi bukan hanya untuk diri sendiri melainkan untuk menjaga orang sekitar kita juga.
 
Beberapa negara bahkan sudah mulai memvaksinasi anak-anak usia 6-11 tahun. Vaksin untuk anak di bawah itu tengah dalam uji klinis.
 
Semoga para antivaksin ini segera dibukakan pikirannya untuk dapat menerima vaksin. Pastinya semua ingin pandemi cepat selesai, bukan?
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan