Pekerja Palang Merah Guinea bersiap menangani pasien pengidap Ebola -- CELLOU BINANI / AFP
Pekerja Palang Merah Guinea bersiap menangani pasien pengidap Ebola -- CELLOU BINANI / AFP

Wabah Ebola Soroti Kurangnya Perhatian terhadap Penyakit Tropis

Willy Haryono • 16 September 2014 17:14
Ben Hirschler adalah seorang Pakar Teknologi Farmasi dan Kesehatan asal London.
 
medcom.id, London: Ebola, salah satu penyakit paling mengerikan di dunia, akhirnya mendapat sedikit perhatian global.
 
Wabah terburuk virus Ebola sepanjang masa ini,  yang telah menewaskan sedikitnya 2.296 orang di Afrika Barat, membuat sejumlah perusahaan berlomba-lomba menciptakan obat atau vaksin pertama yang efektif. Virus ini pertama kali ditemukan sekitar 40 tahun lalu di jantung benua Afrika.

Namun, Ebola bukan satu-satunya penyakit tropis yang belum ada obatnya. Masih banyak penyakit menular lain yang pengobatan efektifnya masih minim atau tidak ada sama sekali.
 
Tidak adanya insentif ekonomi untuk perusahaan pembuat obat dalam mengembangkan dan menyalurkan obat penyakit tropis Neglected Tropical Diseases (NTD) ke wilayah terpencil telah lama disorot aktivis kesehatan. Namun, masalah ini jarang masuk radar negara Barat.
 
Dari 336 obat baru yang lolos dalam periode 2000 hingga 2011, hanya empat atau satu persen saja yang diperuntukkan bagi penyakit tropis NTD.  Menurut jurnal The Lancet, keempat obat itu yakni tiga untuk malaria dan satu untuk diare.
 
Riset penyakit tropis NTD juga relatif minim, dengan hanya 1 persen di seluruh dunia. Riset itu meliputi penyakit rabies, penyakit tidur, leishmaniasis, elephantiasis, trachoma dan parasit lainnya yang melumpuhkan dan menewaskan jutaan orang.
 
Virus Ebola yang mewabah di Afrika Barat dapat mengubah statistik itu. Kini, sejumlah perusahaan obat, yang didorong dengan dana pemerintah, mempercepat program pengembangan obat dan vaksin terbaru.
 
"Dunia akan lebih menyoroti wabah Ebola dan penyakit sejenis lainnya, karena kita baru pertama kali melihat wabah sedahsyat ini," ucap Chris Elias, kepala pengembangan global Yayasan Bill & Melinda Gates, yang telah menggelontorkan USD50 juta untuk memerangi Ebola.
 
Belum adanya vaksin efektif Ebola bukan berarti kaum ilmuwan dunia selama ini tidak mempunyai ide segar. Mereka hanya kesulitan mencari perusahaan yang bersedia membeli dan mendanai riset mereka, yang biasanya memakan biaya besar di tahap akhir pengembangan.
 
Ketakutan Dunia Barat akan Senjata Biologi
 
Secara signifikan, sebagian besar pendanaan untuk Ebola dipacu bukan atas kekhawatiran penyebarannya di Afrika, melainkan sebuah strategi pertahanan Amerika Serikat dan negara lainnya yang takut akan kemungkinan dijadikannya virus sebagai senjata biologi.
 
Ini merupakan indikasi bahwa ancaman penyakit NTD bergerak naik. "Sayangnya, harus terlebih dahulu ada epidemi mengerikan untuk membuat petinggi dunia memahami bahwa mereka tidak bisa terus menerus menutup mata terhadap penyakit (tropis) menular semacam ini," tutur Jean-Herve Bradol, mantan presiden Medecins Sans Frontieres yang memimpin riset di Yayasan CRASH dan juga turut menulis di jurnal Lancet.
 
"Pembiaran terhadap (riset dan tekonologi obat) penyakit tropis sudah berlangsung terlampau lama, sehingga kita harus melakukan sedikit pengembangan," tambah dia pada Reuters.
 
Bradol mengatakan uji klinis vaksin Ebola, yang sekarang dijalankan GlaxoSmithKline dan akan dilakukan perusahaan lainnya seperti NewLink Genetics dan Johnson & Johnson, sebenarnya dapat dilakukan jauh sebelum Ebola mewabah di Afrika Barat.
 
Dalam wabah Ebola sebelumnya, meski menakutkan, relatif menewaskan sedikit korban dibanding saat ini. Selain itu, sejak 22 tahun terakhir, tidak adanya laporan kematian akibat Ebola. Ebola tidak masuk daftar 17 penyakit tropis NTD prioritas versi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2012.
 
Asisten Direktur Jenderal WHO Marie-Paule Kieny, sosok kunci dalam perang melawan wabah Ebola, mengatakan selama ini tidak ada cukup investasi dalam pengembangan obat beragam penyakit yang menjangkiti masyarakat miskin di wilayah terpencil.
 
Vaksin DBD dan Malaria
 
Untuk mengatasi masalah rumit ini, 13 perusahaan farmasi bergabung dengan WHO dan Yayasan Bill & Melinda Gates di awal 2012 untuk membasmi atau mengontrol 10 penyakit tropis NTD di tahun 2020.
 
Berdasarkan survei terbaru grup Global Funding of Innovation for Neglected Diseases, telah terjadi peningkatan yang cukup baik dalam riset NTD, yakni naik 3 persen pada 2013 menjadi USD3,2 miliar. Dari beberapa perusahaan, seperti dilaporkan analis Bank Deutsche, GSK dan Sanofi memimpin dengan investasi lebih dari USD100 juta per tahun untuk penyakit tropis.
 
Keduanya mengembangkan vaksin untuk penyakit yang diakibatkan nyamuk, seperti malaria dan DBD. Vaksin ini dijadwalkan rilis akhir tahun depan.
 
Vaksin malaria GSK akan dijual tanpa mengedepankan profit, namun vaksin Sanofi sebaliknya. Sanofi memprediksi penjualan vaksin terbarunya itu akan melebihi EUR1 miliar.
 
"Kawasan tropis adalah rumah bagi 40 persen populasi dunia," ujar analis Bank Deutsche. "Pertumbuhan ekonomi dalam beberapa dekade ke depan akan membuat sejumlah negara di kawasan tersebut berperan penting dalam industri farmasi."
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan